oleh samsul majid(mahasiswa sekolah tinggi agama islam walisembilan semarang)
wacana dari seorang anak desa
masih teringat jelas di ingatanku ketika aku masih kecil ketika bapakku mengajarkan aku untuk belajar yang sungguh-sungguh agar jadi anak yang pandai. tapi hal itu dizaman sekarang ini malah disalahartikan ketika orang tua memberikan wejangan kepada anaknya justru belajarlah agar nilaimu bagus.
hal itu tidak bisa kita pungkiri, semakin berkembangnya zaman, persaingan semakin ketat, gengsi naik dan tidak mau dianggap remeh oleh orang lain. bisa kita lihat yang nyata dalam lingkungan kita. para orang tua berlomba-lomba menyekolahkan anaknya di sekolahan yang mahal, bahkan bisa dikatakan sekolah kaum konglomerat, walaupun dirinya melarat.
gengsi dan harga diri dijunjung tinggi-tinggi tanpa melihat status dan jati dirinya sendiri. orang tua yang selalu di didepan dengan alibinya dan membawa alasan anak yang minta, padahal jika dibuktikan tidak seperti itu. jika lama kelamaan hal ini dijalankan, suatu saat pendidikan indonesia akan hancur oleh karena keegoisan orang tua yang menekan anak untuk memenuhi egonya tersebut.
pendidikan sekolah diartikan sebagai wadah/tempat untuk mencari ilmu pengetahuan, akan tetapi sekarang telah disalah gunakan pengertiannya menjadi pendidikan sekolah sebagai ajang untuk mempoeroleh nilai semata.
kenapa bisa begitu ?