BAB II
PEMBAHASAN
2.I Pengertian
Anak tunagrahita.
Menurut
American Association on Mental Deficiency (AAMD) anak tunagrahita adalah anak
yang secara umum memiliki kekurangan dalam hal fumgsi intelektualnya secara
nyata dan bersamaan dengan itu, berdampak pula pada kekurangannya dalam hal
prilaku adaptifnya, dimana hal tersebut terjadi pada masa perkembangannya dari
lahir sampai dengan usia delapan belas tahun. Pernyataan tersebut pun dapat
pula diartikan bahwa anak tunagrahita adalah mereka yang memiliki hambatan pada
dua sisi, yaitu pertama pada sisi kemampuan intelektualnya yang berada di bawah
anak normal. Anak tersebut memiliki kemampuan intelektualnya yang berada pada
dua standar deviasi di bawah normal jika diukur dengan tes intelegensi
dibandingkan dengan anak normal lainya. Yang kedua adalah kekurangan pada sisi
prilakua adaptifnya atau kesulitan dirinya untuk mampu bertingkah laku sesuai
dengan situasi yang belum dikenal sebelumnya. Keadan tersebut terjadi pada
proses pertumbuhannya, cara berfikir dan kemampuannya dalam bermasyarakat sejak
anak tersebut lahir dan berusia delapan belas tahun.
Moh. Amin
(1995:11), menguraikan gambarkan tentang anak tunagrahita sebagai berikut :
Anak
tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak, yang
sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak
berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk
selama-lamanya dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya.
Lebih-lebih dalam pelajaran seperti : mengarang, menyimpulkan isi bacaan,
menggunakan symbol-simbol berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat
teoritis. Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Pendapat diatas
sejalan dengan definisi yang ditetapkan AAMD yang dikutip oleh Grossman (Kirk
& Gallagher, 1986:116), yang artinya bahwa ketunagrahitaan mengacu pada
sifat intelektual umum yang secara jelas dibawah rata-rata, bersama kekurangan
dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung pada masa perkembangan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa :
a. Anak tunagrahita memiliki kecerdasan dibawah
rata-rata sedemikian rupa dibandingkan dengan anak normal pada umumnya.
b. Adanya keterbatasan dalam perkembangan tingkah
laku.
Ketunagrahitaan tersebut berlangsung pada masa
perkembangan.
2.2 Penyebab ketunagrahitaan
Terdapat banyak
faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita. Para ahli dari
berbagai ilmu telah berusaha membagi faktor-faktor penyebab ini diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Faktor keturunan
Adanya kelainan kromosom baik autosom (mempunyai
kromosom 3 ekor pada kromosom nomor 21 sehingga anak mengalami Langdon Down’s S
yndrome dan pada trisomi kromosom nomor 15 anak akan menderita Patau’s Syndrome
dengan cicri-ciri berkepala kecil, mata kecil, berkuping aneh, sumbing, dan
kantung empedu yang besar . Adanya kegagalan meiosis sehingga menimbulkan
duplikasi dan translokasi) maupun kelainan pada gonosom (gonosom yang
seharusnya XY, karena kegagalan menjadi XXY atau XXXY. Ciri yang menonjol
adalah nampak laki-laki dan tunagrahita. Setelah mencapai masa puber tubuhnya
menjadi panjang, gayanya mirip wanita, berpayudara besar).
b. Gangguan metabolisme dan Gizi
Metabolisme dan gizi merupakan hal yang penting bagi perkembangan individu
terutama perkembangan sel-sel otak. Beberapa kelainan yang disebabkan oleh
kegagalan metabolisme dan kekurangan gizi diantaranya adalah sebagai berikut:
• Phenylketonuria
Salah satu akibat gangguan metabolisme asam amino juga
kelainan gerakan enzym phenylalanine hydroxide. Gejala umum yang nampak adalah
tunagrahita, kekurangan pigmen, microcephaly, serta kelainan tingkah laku.
• Cretinisme
Disebabkan oleh keadaan hypohyroidism kronik yang terjadi selama masa janin
atau segera setelah melahirkan. Berat ringan kelainan tergantung pada tingkat
kekurangan thyroxin. Gejala utama yang tampak adalah adanya ketidaknormalan
fisik yang khas dan ketunagrahitaan dan awal gejalanya dengan kurangnya nafsu
makan, anak menjadi sangat pendiam, jarang tersenyum dan tidur yang berlebihan.
c. Infeksi dan
keracunan
Adanya infeksi dan keracunan terjangkitnya
penyakit-penyakit selama janin masih berada dalam kandungan ibunya yang
menyebabkan anak lahir menjadi tunagrahita.
• Rubella
Penyakit ini menjangkiti ibu pada dua belas minggu
pertama kehamilan. Selain tunagrahita, ketidaknormalan yang disebabkan penyakit
ini adalah kelainan pendengaran, penyakit jantung bawaan, berat badan yang sangat
rendah pada waktu lahir dan lain-lain.
• Syphilis bawaan
Kondisi bayi yang terkena Syphilis adalah kesulitan
pendengaran, hidungnya tampak seperti hidung kuda.
• Syndrome Gravidity Beracun
• Ketunagrahitaan yang timbul dari Syndrome Gravidity
Beracun terjadi pada sebagian bayi yang lahir prematur, kerusakan janin yang
disebabkan oleh zat beracun, dan berkurangnya aliran darah pada rahim dan
plasenta
d. Trauma dan zat radioaktif
Trauma otak yang terjadi dikepala dapat menimbulkan
pendarahan intracranial terjadinya kecacatan pada otak. Ini biasanya disebabkan
karena kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu (tang). Selain itu
penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat
mental microcephaly.
e. Masalah pada kelahiran
Adanya kelahiran yang disertai hypoxia (kejang dan
nafas pendek) dipastikan bahwa bayi yang akan dilahirkan menderita kerusakan
otak.
f. Faktor lingkungan
Latar belakang pendidikan orang tua sering juga dihubngkan dengan
masalah-masalah perkembangan. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya
pendidikan dini serta kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsang-rangsang
positif dalam masa perkembangan anak dapat menjadi salah satu penyebab
timbulnya gangguan atau hambatan dalam perkembangan anak. Kurangnya kontak
pribadi dangan anak, misalnya dengan tidak mengajaknya berbicara, tersenyum,
bermain yang mengakibatkan timbulnya sikap tegang, dingin dan menutup diri.
Kondisi demikian akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan anak baik fisik
maupun mental intelektualnya.
2.3
Karakteristik Anak Tunagrahita.
Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan diatas,
maka anak tunagrahita memiliki karakteristik tersendiri pada segi tingkah laku,
emosi dan sosialnya, cara belajarnya dan kesehatan pada fisikya. Untuk
karakteristik tersebut, setiap anak tunagrahita memiliki karakteristik yang
berada sesuai dengan tingkat kekurangannya.
Secara umum karakteristik tersebut dapat digeneralkan
ke dalam:
1. Segi Intelektualnya
• anak tunagrahita mampu mengetahui atau menyadari
situasi, benda-benda dan orang disekitarnya, namun mereka tidak mampu memahami
keberadaan dirinya. Hal tersebut disebabkan oleh faktor bahasa yang manjaadi
hambatan, dikarenakan mereka pada umunya sulit untuk mengatakan atau
menyampaikan kata yang sesuai dengan keadaan yang diinginkannya.
• Mereka berkesulitan untuk memecahkan masalah-masalah
yang ada, tidak mampu membuat suatu rencana bagi dirinya, dan anak tersebut pun
sulit untuk memilih alternatif pilihan yang berbeda.
• Mereka sulit sekali untuk menuliskan simbol-angka,
sehingga secara umum mereka memiliki ksulitan dalam bidang membaca, menulis dan
berhitung.
• Kemampuan belajar anak tunagrahita terbatas. Mereka mengalami kesulitan
yang berarti dalam pengetahuan yang bersifat konsep dan dalam menempatkan
dirinya dengan keadaan situasi lingkungannya.
2. Segi Tingkah
Laku (Perilaku Adaptif)
• Perkembangan anak tunagrahita lamban. sulit
mempelajari sikap tertentu, bahkan sulit melakukan pekerjaan yang ditugaskan
walaupun tugas tersebut bagi orang normal sangat sederhana.
• Faktor kognitif merupakan hal yang sulit bagi anak
tersebut, khususnya yang berkenaan dengan perhatian dengan atau konsentrasi,
ingatan, berbicara dengan bahasa yang benar, dan dalam kemampuan akademiknya.
• Anak tunagrahita seringkali merasakan ketidakmampuan
dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang diberikan padanya, karena
seringnya melakukan kesalahan-kesalahan pada saat melakukannya.
• Mereka pada umunya kurang percaya diri dan
seringkali menggantungkan bimbingan atau bantuan orang lain, atau dengan kata
lain rasa kemampuan dirinya kurang. Mereka juga seringkali sulit dalam memilih
lingkungan pergaulan yang baik, sehingga mudah terjerumus pada hal-hal yang
bersifat negatif.
Jadi dari karakteristik diatas, dapat disimpulkan
bahwa anak tunagrahita itu memiliki kekurangan di dalam:
• Melakukan koordinasi gerak dan sensorinya,
• Rendahnya rasa toleransi,
• Kemampuan untuk memahami konsep-konsep, hal yang
bersifat akademik, dan menarik suatu kesimpulan,
• Memusakan perhatian,
• Memanfaatkan waktu luangnya,
• Memilih lingkungan pergaulan yang baik,
• Kesulitan dalam bahasa,
• yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan.
2.4 Usaha
pencegahan
Beberapa alternatif upaya pencegahan timbulnya
ketunagrahitaan adalah sebagai berikut:
a. Diagnostik Prenatal, yaitu usaha yang dilakukan
untuk memeriksa kehamilan. Dengan ini diharapkan dapat ditemukan kemungkinan
adanya kelainan pada janin, baik berupa kromosom maupun kelainan enzim yang
diperlukan bagi perkembangan janin.
b. Imunisasi dilakukan terhadap ibu hamil maupun
balita. Dapat mencegah timbulnya penyakit yang mengganggu perkembangan bayi
c. Tes darah, untuk menghindari kemungkinan menurunkan
benih-benih yang berkelainan.
d. Program keluarga berencana
e. Penyuluhan genetik, suatu usaha mengkomunikasikan
berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah genetika dan masalah yang
ditimbulkannya lewat media tertentu.
f. Tindakan operasi diperlukan terutama bagi kelahiran dengan resiko tinggi
untuk mencegah kelainan yang ditimbulkan pada waktu kelahiran (masalah
perinatal, misalnya trauma, kekurangan oksigen dan lainnya.)
BAB III
KESIMPULAN
Anak
tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas-jelas berada di bawah
rata-rata, disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Mereka memiliki hambatan pada dua sisi, yaitu
pertama pada sisi kemampuan intelektualnya yang berada di bawah anak normal.
Anak tersebut memiliki kemampuan intelektualnya yang berada pada dua satnda
deviasi di bawah normal jika diukur dengan tes intelegensi dibandingkan dengan
anak normal lainya. Yang kedua adalah kekurangan pada sisi prilakua adaptifnya
atau kesulitan dirinya untuk mampu bertingkah laku sesuai dengan situasi yang
belum dikenal sebelumnya.
Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan dini serta
kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsang-rangsang positif dalam masa
perkembangan anak dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan atau
hambatan dalam perkembangan anak. Beberapa alternatif yang dapat ditempuh
sebagai antisipasi untuk mencegah bertambahnya populasi anak berkelainan
khususnya anak Tunagrahita dengan cara Diagnostik Prenatal, Imunisasi, Tes darah,
Program keluarga berencana, Penyuluhan genetik, dan Tindakan operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dipi, Amin.
(1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Yundhini, Anna. (2006). Proposal Penelitian:
Pembelajaran Bagi Anak Tunagrahita di Sekolah Dasar. Bandung: Program sarjana
Univerditas Pendidikan Indonesia.
Delphi. Bandi. (1996). Sebab-sebab Keterbelakangan Mental. Bandung: Mitra
Grafika.
0 komentar:
Posting Komentar