BAB I
PENDAHULUAN
- Latarbelakang Masalah
Akhir-akhir ini bermunculan
berbagai cara / obat / suplemen yang ditawarkan dengan iming-iming bisa
menyembuhkan autisme. Kadang-kadang secara gencar dipromosikan oleh si penjual,
ada pula cara-cara mengiklankan diri di televisi / radio / tulisan-tulisan.
Para orang tua harus hati-hati
dan jangan sembarangan membiarkan anaknya sebagai kelinci percobaan. Sayangnya
masih banyak yang terkecoh , dan setelah mengeluarkan banyak uang menjadi
kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak tercapai.
- Rumusan Masalah
1. Apa pengertian autis ?
2. Apa saja penyebab autis ?
3. Apa saja karakteristik autis ?
4. Bagaimana perlakuan terhadap anak autis usia dini ?
5. Bagaimana pendekatan pembelajaran anak autis ?
6. Bagaimana model pelayanan pendidikan bagi anak autis ?
7. Bagaimana pelaksanaan kegiatan belajar mengajar anak autis ?
8. Bagaimana proses belajar mengajar dan solusinya ?
- Tujuan
1. Mengetahui pengertian autis
2. Mengetahui penyebab autis
3. Mengetahui karakteristik autis
4. Mengetahui perlakuan terhadap anak autis usia dini
5. Mengetahui pendekatan pembelajaran anak autis
6. Mengetahui model pelayanan pendidikan bagi anak autis
7. Mengetahui pelaksanaan kegiatan belajar mengajar anak autis
8.
Mengetahui proses belajar mengajar dan solusinya
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AUTIS
Istilah Autisme berasal dari kata
"Autos" yang berarti diri sendiri "Isme" yang berarti suatu
aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri. Autistik
adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi,
interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak
berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
Diperkirakan 75%-80% penyandang
autis ini mempunyai retardasi mental, sedangkan 20% dari mereka mempunyai
kemampuan yang cukup tinggi untuk bidang-bidang tertentu (savant)
B. PENYEBAB AUTIS
Sampai sekarang belum terdeteksi
faktor yang menjadi penyebab tunggal timbulnya gangguan autisme. Namun demikian
ada beberapa faktor yang di mungkinkan dapat menjadi penyebab timbulnya
autisme. berikut:
- Menurut Teori Psikososial
Beberapa ahli (Kanner dan Bruno
Bettelhem) autisme dianggap sebagai akibat hubungan yang dingin, tidak akrab
antara orang tua (ibu) dan anak. Demikian juga dikatakan, orang tua/pengasuh
yang emosional, kaku, obsesif, tidak hangat bahkan dingin dapat menyebabkan
anak asuhnya menjadi autistik.
- Teori Biologis
· Faktor genetic:
Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko lebih tinggi dibanding
populasi keluarga normal.
· Pranatal, Natal
dan Post Natal yaitu: Pendarahan pada kehamilan awal, obat-obatan, tangis bayi
terlambat, gangguan pernapasan, anemia.
· Neuro anatomi
yaitu: Gangguan/disfungsi pada sel-sel otak selama dalam kandugan yang mungkin
disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi, perdarahan, atau infeksi.
· Struktur dan
Biokimiawi yaitu: Kelainan pada cerebellum dengan cel-sel Purkinje yang
jumlahnya terlalu sedikit, padahal sel-sel purkinje mempunyai kandungan
serotinin yang tinggi.
· Demikian juga
kemungkinan tingginya kandungan dapomin atau opioid dalam darah.
- Keracunan logam berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu bara, dsb.
- Gangguan pencernaan, pendengaran dan penglihatan. Menurut data yang ada 60 % anak autistik mempunyai sistem pencernaan kurang sempurna. Dan kemungkinan timbulnya gejala autistik karena adanya gangguan dalam pendengaran dan penglihatan.
C. KARAKTERISTIK AUTIS
Anak autis mempunyai
masalah/gangguan dalam bidang:
1. Komunikasi:
· Perkembangan
bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
· Anak tampak
seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna,
· Kadang
kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
· Mengoceh tanpa
arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain
· Bicara tidak
dipakai untuk alat berkomunikasi
· Senang meniru
atau membeo (echolalia)
· Bila senang
meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti
artinya
· Sebagian dari
anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal)
sampai usia dewasa
· Senang
menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya
bila ingin meminta sesuatu
2. Interaksi sosial:
· Penyandang
autistik lebih suka menyendiri
· Tidak ada atau
sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
· Tidak tertarik
untuk bermain bersama teman
· Bila diajak
bermain, ia tidak mau dan menjauh
3. Gangguan sensoris:
· sangat
sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
· bila mendengar
suara keras langsung menutup telinga
· senang
mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
· tidak sensitif
terhadap rasa sakit dan rasa takut
4. Pola bermain:
· Tidak bermain
seperti anak-anak pada umumnya,
· Tidak suka
bermain dengan anak sebayanya,
· tidak kreatif,
tidak imajinatif
· tidak bermain
sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar
· senang akan
benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda,
· dapat sangat
lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana
5. Perilaku:
· Dapat
berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)
· Memperlihatkan
perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti
burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak
balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang
· Tidak suka pada
perubahan
· Dapat pula
duduk bengong dengan tatapan kosong
6. Emosi:
· sering
marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
· temper tantrum
(mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya
· kadang suka
menyerang dan merusak
· Kadang-kadang
anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri
· tidak mempunyai
empati dan tidak mengerti perasaan orang lain
D. PERLAKUAN TERHADAP ANAK AUTIS
USIA DINI
Sebelum/sembari mengikuti
pendidikan formal (sekolah). Anak autistik dapat dilatih melalui terapi sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan anak antara lain:
- Terapi Wicara: Untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik.
- Terapi Okupasi : untuk melatih motorik halus anak.
- Terapi Bermain : untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain.
- Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy) : untuk menenangkan anak melalui pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang.
- Terapi melalui makan (diet therapy) : untuk mencegah/mengurangi tingkat gangguan autisme.
- Auditory Integration Therapy : untuk melatih kepekaan pendengaran anak lebih sempurna
- Biomedical treatment/therapy : untuk perbaikan dan kebugaran kondisi tubuh agar terlepas dari faktor-faktor yang merusak (dari keracunan logam berat, efek casomorphine dan gliadorphine, allergen, dsb)
- Hydro Therapy : membantu anak autistik untuk melepaskan energi yang berlebihan pada diri anak melalui aktifitas di air.
- Terapi Musik : untuk melatih auditori anak, menekan emosi, melatih kontak mata dan konsentrasi.
E. PENDEKATAN PEMBELAJARAN ANAK
AUTIS
1.
Discrete Tial Training (DTT) : Training ini didasarkan pada Teori Lovaas
yang mempergunakan pembelajaran perilaku. Dalam pembelajarannya digunakan
stimulus respon atau yang dikenal dengan orperand conditioning. Dalam
prakteknya guru memberikan stimulus pada anak agar anak memberi respon. Apabila
perilaku anak itu baik, guru memberikan reinforcement (penguatan). Sebaliknya
perilaku anak yang buruk dihilangkan melalui time out/ hukuman/kata “tidak”
2.
Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Programfor
Preschoolers and Parents) menggunakan stimulus respon (sama dengan DTT) tetapi
anak langsung berada dalam lingkungan sosial (dengan teman-teman). Anak
auitistik belajar berperilaku melalui pengamatan perilaku orang lain.
3.
Floor Time merupakan teknik pembelajaran melalui kegiatan intervensi
interaktif. Interaksi anak dalam hubungan dan pola keluarga merupakan kondisi
penting dalam menstimulasi perkembangan dan pertumbuhan kemampuan anak dari
segi kumunikasi, sosial, dan perilaku anak.
4.
TEACCH (Treatment and Education for Autistic Childrent and Related
Communication Handicaps) merupakan pembelajaran bagi anak dengan memperhatikan
seluruh aspek layanan untuk pengembangan komunikasi anak. Pelayanan
diprogramkan dari segi diagnosa, terapi/treatment, konsultasi, kerjasama, dan
layanan lain yang dibutuhkan baik oleh anak maupun orangtua.
F. MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN
BAGI ANAK AUTIS
Pendidikan untuk anak autis usia
sekolah bisa dilakukan di berbagai penempatan. Berbagai model antara lain:
1. Kelas transisi
Kelas ini diperuntukkan bagi anak
autistik yang telah diterapi memerlukan layanan khusus termasuk anak autistik
yang telah diterapi secara terpadu atau struktur. Kelas transisi sedapat
mungkin berada di sekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak dapat
bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan
pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan dimodifikasi sesuai
kebutuhan anak.
2. Program Pendidikan Inklusi
Program ini dilaksanakan oleh
sekolah reguler yang sudah siap memberikan layanan bagi anak autistik. Untuk
dapat membuka program ini sekolah harus memenuhi persyaratan antara lain:
- Guru terkait telah siap menerima anak autistik
- Tersedia ruang khusus (resourse room) untuk penanganan individual
- Tersedia guru pembimbing khusus dan guru pendamping.
- Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 2 (dua) anak autistik.
- Dan lain-lain yang dianggap perlu.
3. Program Pendidikan Terpadu
Program Pendidikan Terpadu
dilaksanakan disekolah reguler. Dalam kasus/waktu tertentu, anak-anak autistik
dilayani di kelas khusus untuk remedial atau layanan lain yang diperlukan.
Keberadaan anak autistik di kelas khusus bisa sebagian waktu atau sepanjang
hari tergantung kemampuan anak.
4. Sekolah Khusus Autis
Sekolah ini diperuntukkan khusus
bagi anak autistik terutama yang tidak memungkinkan dapat mengikuti pendidikan
di sekolah reguler. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi
dengan adanya distraksi sekeliling mereka. Pendidikan di sekolah difokuskan
pada program fungsional seperti bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan
potensi mereka.
5. Program Sekolah di Rumah
Program ini diperuntukkan bagi
anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena
keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non verbal, retardasi mental atau
mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya dapat mengikuti program
sekolah di rumah. Program dilaksanakan di rumah dengan mendatangkan guru
pembimbing atau terapis atas kerjasama sekolah, orangtua dan masyarakat.
6. Panti (griya) Rehabilitasi
Autis
Anak autistik yang kemampuannya
sangat rendah, gangguannya sangat parah dapat mengikuti program di panti
(griya) rehabilitasi autistik. Program dipanti rehabilitasi lebih terfokus pada
pengembangan:
(1) Pengenalan diri
(2) Sensori motor dan persepsi
(3) Motorik kasar dan halus
(4) Kemampuan berbahasa dan komunikasi
(5) Bina diri, kemampuan sosial
(6) Ketrampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat
dan potensinya.
Dari beberapa model layanan
pendidikan di atas yang sudah eksis di lapangan adalah Kelas transisi, sekolah
khusus autistik dan panti rehabilitasi.
G. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
- Prinsip-prinsip pengajaran dan pendidikan
Pendidikan
dan pengajaran anak autistik pada umumnya dilaksanakan berdasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Terstruktur
Pendidikan dan pengajaran bagi
anak autistik diterapkan prinsip terstruktur, artinya dalam pendidikan atau
pemberian materi pengajaran dimulai dari bahan ajar/materi yang paling mudah
dan dapat dilakukan oleh anak. Setelah kemampuan tersebut dikuasai,
ditingkatkan lagi ke bahan ajar yang setingkat diatasnya namun merupakan
rangkaian yang tidak terpisah dari materi sebelumnya.
Sebagai contoh, untuk mengajarkan
anak mengerti dan memahami makna dari instruksi "Ambil bola merah".
Maka materi pertama yang harus dikenalkan kepada anak adalah konsep pengertian
kata "ambil", "bola". Dan "merah". Setelah anak
mengenal dan menguasai arti kata tersebut langkah selanjutnya adalah
mengaktualisasikan instruksi "Ambil bola merah" kedalam perbuatan
kongkrit. Struktur pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik meliputi :
- Struktur waktu
- Struktur ruang, dan
- Struktur kegiatan
b. Terpola
Kegiatan anak autistik biasanya
terbentuk dari rutinitas yang terpola dan terjadwal, baik di sekolah maupun di
rumah (lingkungannya), mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Oleh
karena itu dalam pendidikannya harus dikondisikan atau dibiasakan dengan pola
yang teratur.
Namun, bagi anak dengan kemampuan
kognitif yang telah berkembang, dapat dilatih dengan memakai jadwal yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya, supaya anak dapat
menerima perubahan dari rutinitas yang berlaku (menjadi lebih fleksibel).
Diharapkan pada akhirnya anak lebih mudah menerima perubahan, mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan (adaptif) dan dapat berperilaku secara
wajar (sesuai dengan tujuan behavior therapi).
c. Terprogram
Prinsip dasar terprogram berguna
untuk memberi arahan dari tujuan yang ingin dicapai dan memudahkan dalam
melakukan evaluasi. Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip dasar sebelumnya.
Sebab dalam program materi pendidikan harus dilakukan secara bertahap dan
berdasarkan pada kemampuan anak, sehingga apabila target program pertama
tersebut menjadi dasar target program yang kedua, demikian pula selanjutnya.
d. Konsisten
Dalam pelaksanaan pendidikan dan
terapi perilaku bagi anak autistik, prinsip konsistensi mutlak diperlukan.
Artinya : apabila anak berperilaku positif memberi respon positif terhadap
susatu stimulan (rangsangan), maka guru pembimbing harus cepat memberikan
respon positif (reward/penguatan), begitu pula apabila anak berperilaku negatif
(Reniforcement) Hal tersebut juga dilakukan dalam ruang dan waktu lain yang
berbeda (maintenance) secara tetap dan tepat, dalam arti respon yang diberikan
harus sesuai dengan perilaku sebelumnya.
Konsisten memiliki arti
"Tetap", bila diartikan secara bebas konsisten mencakup tetap dalam
berbagai hal, ruang, dan waktu. Konsisten bagi guru pembimbing berarti; tetap
dalam bersikap, merespon dan memperlakukan anak sesuai dengan karakter dan kemampuan
yang dimiliki masing-masing individu anak autistik. Sedangkan arti konsisten
bagi anak adalah tetap dalam mempertahankan dan menguasai kemampuan sesuai
dengan stimulan yang muncul dalam ruang dan waktu yang berbeda. Orang tua pun
dituntut konsisten dalam pendidikan bagi anaknya, yakni dengan bersikap dan
memberikan perlakukan terhadap anak sesuai dengan program pendidikan yang telah
disusun bersama antara pembimbing dan orang tua sebagai wujud dari generalisasi
pembelajaran di sekolah dan dirumah.
e. Kontinyu
Pendidikan dan pengajaran bagi
anak autistik sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Maka
prinsip pendidikan dan pengajaran yang berkesinambungan juga mutlak diperlukan
bagi anak autistik. Kontinyu disini meliputi kesinambungan antara prinsip dasar
pengajaran, program pendidikan dan pelaksanaannya. Kontinyuitas dalam
pelaksanaan pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi juga harus
ditindaklanjuti untuk kegiatan dirumah dan lingkungan sekitar anak.
Kesimpulannya, therapi perilaku dan pendidikan bagi anak autistik harus
dilaksanakan secara berkesinambungan, simultan dan integral (menyeluruh dan
terpadu).
- Kurikulum
Dalam pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran bagi anak autistik tentunya harus berdasarkan pada kurikulum
pendidikan yang berorientasi pada kemampuan dan ketidak mampuan anak dengan
memperhatikan deferensiasi masing-masing individu.
- Pendekatan dan Metode
Pendidikan dan pengajaran bagi
anak autistik menggunakan Pendekatan dan program individual. Sedangkan metode
yang digunakan adalah merupakan perpaduan dari metode yang ada, dimana
penerapannya disesuaikan kondisi dan kemampuan anak serta materi dari
pengajaran yang diberikan kepada anak. Metode dalam pengajaran anak autistik
adalah metode yang memberikan gambaran kongkrit tentang "sesuatu",
sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi dan pengertian tentang
"sesuatu" tersebut.
- Sarana Belajar Mengajar
Sarana belajar diperlukan, karena
akan membantu kelancaran proses pembelajaran dan membantu pembentukan konsep
pengertian secara kongkrit bagi anak autistik. Pola pikir anak autistik pada
umumnya adalah pola pikir kongkrit. sehingga sarana belajar mengajarnyapun juga
harus kongkrit. Beberapa anak autistik dapat berabstraksi, namun pada awalnya
mereka dilatih dengan sarana belajar yang kongkrit
- Evaluasi
Untuk mengukur berhasil atau
tidaknya pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan adanya evaluasi (penilaian).
Dalam pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik evaluasi dapat dilakukan dengan
cara:
1. Evaluasi
Proses
Evaluasi Proses ini dilakukan
dengan cara seketika pada saat proses kegiatan berlangsung dengan cara
meluruskan atau membetulkan perilaku menyimpang atau pembelajaran yang sedang
berlangsung seketika itu juga. Hal ini dilakukan oleh pembimbing dengan cara
memberi reward atau demonstrasi secara visual dan kongkrit.
Di samping itu untuk mengetahui
sejauh mana progres yang dicapai anak dapat diketahui dengan cara adanya
catatan khusus/buku penghubung.
2. Evaluasi
Bulan
Evaluasi ini bertujuan untuk
memberikan laporan perkembangan atau permasalahan yang ditemukan atau dihadapi
oleh pembimbing di sekolah. Evaluasi bulanan ini dilakukan dengan cara
mendiskusikan masalah dan perkembangan anak antara guru dan orang tua anak
autistik guna mendapatkan pemecahan masalah (solusi dan pemecahan masalah),
antara lain dengan mencari penyebab dan latar belakang munculnya masalah serta
pemecahan masalah macam apa yang tepat dan cocok untuk anak autistik yang
menjadi contoh kasus. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dan orang tua dengan
mengadakan diskusi bersama atau case conference.
3. Evaluasi
Catur Wulan
Evaluasi ini disebut juga dengan
evaluasi program yang dimaksud sebagai tolok ukur keberhasilan program secara
menyeluruh. Apabila tujuan program pendidikan dan pengajaran telah tercapai dan
dapat dikuasai anak, maka kelanjutan program dan kesinambungan program
ditingkatkan dengan bertolak dari kemampuan akhir yang dikuasai anak,
sebaliknya apabila program belum dapat terkuasai oleh anak maka diadakan
pengulangan program (remedial) atau meninjau ulang apa yang menyebabkan ketidak
berhasilan pencapaian program.
H. HAMBATAN PROSES BELAJAR
MENGAJAR DAN SOLUSINYA
1. Masalah Perilaku
Masalah perilaku yang sering
muncul yaitu : stimulasi diri dan stereotip.
Bila perilaku tersebut muncul yang dapat kita
lakukan :
· Memberikan
Reinforcement.
· Tidak memberi
waktu luang bagi anak untuk asyik dengan diri sendiri
· Siapkan
kegiatan yang menarik dan positif
· Menciptakan
situasi yang kondusif bagi anak, tidak menyakiti diri.
2. Masalah Emosi :
Masalah ini menyangkut kondisi
emosi yang tidak stabil, misalnya; menangis, berteriak, tertawa tanpa sebab
yang jelas, memberontak, mengamuk, destruktif, tantrum.Cara mengatasinya :
- Berusaha mencari dan menemukan penyebabnya
- Berusaha menenangkan anak dengan cara tetap bersikap tenang.
- Setelah kondisi emosinya mulai membaik, kegiatan dapat dilanjutkan.
3. Masalah Perhatian
(Konsentrasi)
Perhatian anak dalam belajar
kadang belum dapat bertahan untuk waktu yang lama dan masih berpindah pada
obyek/kegiatan lain yang lebih menarik bagi anak. Untuk itu maka usaha yang
harus diupayakan oleh pembimbing adalah:
- Waktu untuk belajar bagi anak ditingkatkan secara bertahap.
- Kegiatan dibuat semenarik mungkin, dan bervariasi.
- Istirahat sebentar kemudian kegiatan dilanjutkan kembali, dimaksudkan untuk mengurangi kejenuhan pada anak, misal: menyanyi, bermain,
4. Masalah Kesehatan
Bila kondisi kesehatan siswa
kurang baik, maka kegiatan belajar mengajar tidak dapat berjalan secara
efektif, namun demikian kegiatan belajar tetap dapat dilaksanakan, hanya saja
dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi anak.
5. Orang Tua
Untuk memberikan wawasan pada
orang tua, perlu dibentuk Perkumpulan Orang Tua Siswa, sebagai sarana
penyebaran berbagi pengalaman sesama seperti informasi baru dari informasi
internet, buku-buku bahkan jika mungkin tatap muka dengan tokoh yang berkaitan
dalam pendidikan untuk anak autistik atau anak dengan kebutuhan khusus.
6. Masalah Sarana Belajar
Dengan menyediakan materi-materi
yang mungkin diperlukan untuk kepentingan terapi anak-anaknya misalnya :
- Textbook berbahasa Inggris
dan Indonesia,
- Buku-buku pelajaran siswa,
- Kartu-kartu PECS, Compics,
Flashcard, dlsb,
- Pegs, balok kayu, puzzle
dan mainan edukatif lainnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
- Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun
- PENYEBAB AUTIS
- Menurut Teori Psikososial
- Teori Biologis
- Keracunan logam berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu bara
- Gangguan pencernaan, pendengaran dan penglihatan
- KARAKTERISTIK AUTIS
- Komunikasi
- Interaksi sosial
- Gangguan sensoris
- Pola bermain
- Perilaku
- Emosi
- PERLAKUAN TERHADAP ANAK AUTIS USIA DINI
- Terapi Wicara
- Terapi Okupasi
- Terapi Bermain
- Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy)
- Terapi melalui makan (diet therapy)
- Auditory Integration Therapy
- Biomedical treatment/therapy
- Hydro Therapy
- Terapi Musik
- PENDEKATAN PEMBELAJARAN ANAK AUTIS
- Discrete Tial Training (DTT)
- Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Programfor Preschoolers and Parents)
- Floor Time
- TEACCH (Treatment and Education for Autistic Childrent and Related Communication Handicaps)
- MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS
- Kelas transisi
- Program Pendidikan Inklusi
- Program Pendidikan Terpadu
- Sekolah Khusus Autis
- Program Sekolah di Rumah
- Panti (griya) Rehabilitasi Autis
- KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
- Prinsip-prinsip pengajaran dan pendidikan
- Kurikulum
- Pendekatan dan Metode
- Sarana Belajar Mengajar
- Evaluasi
- HAMBATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN SOLUSINYA
- Masalah Perilaku
- Masalah Emosi
- Masalah Perhatian (Konsentrasi)
- Masalah Kesehatan
- Orang Tua
- Masalah Sarana Belajar
DAFTAR PUSTAKA
Source (Sumber) : Dikdasmen Depdiknas
Pusat Terapi dan Tumbuh Kembang Anak (PTTKA) Rumah Sahabat Yogyakarta melayani deteksi dini anak berkebutuhan khusus dengan psikolog, terapi wicara, sensori integrasi, fisioterapi, behavior terapi, Renang& musik untuk anak berkebutuhan khusus, terapi terpadu untuk autism, ADD, ADHD, home visit terapi & program pendampingan ke sekolah umum. informasi lebih lanjut hubungi 0274 8267882
BalasHapussemoga bermanfaat gan
Hapusterima kasih juga mbak rahmi imanda atas masukannya. maaf balasnya lama karena baru saja pulang dari KKN dan tidak sempat update dan buka blog majid.
BalasHapus