BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Penulis memilih judul “SEJARAH SUNAN
GUNUNG JATI CIREBON” karena beliau adalah salah satu sembilan orang penyebar
islam di pulau jawa yang di kenal dengan sebutan walisongo, pada karya ttulis ini
akan menjelaskan bagaimana asal-usul beliau dan proses perkembangan agama islam
di Jawa.
Kehidupan beliaau di samping pemimpin
spiritual, sufi, mubaligh dan da’i pada zamannya juga pemimpin rakyat, beliau
menjadi Raja (Sultan) di Cirebon. Bahkan sebagai sultan pertama kesultanan Cirebon yang semula bernama
kesultanan pakung wait.
B.
TUJUAN
PENULISAN
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis berharap dapat
mencapai tujuan yang semoga dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Adapun
tujuannya adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai
bentuk tanggung jaawwab kepada kepala sekolah
2.
Untuk mengetahui sejarah singkat mengenai Sultan
Gunung Jati.
3.
Untuk lebih
lengkap proses perkembangan Islam di Pulau Jawa.
4.
Agar terbiasa bekerja secara sistematis
C.
METODE
PENULISAN
Karya tulis ini merupakan pengumpulan
data-data yang terkait dengan Sunan Gunung Jati. Adapun metode yang di gunakan
dalam penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
a.
Metode
Observasi
Yaitu penulis mengadakan kegiatan
secara langsung dalam lokasi yang di teliti.
b.
Kepustakaan
Merupakan tehnik pengumpulan data,
pengolahan data dengan membaca buku-buku.
D.
SISTEMATIKA
PENYAJIAN
Untuk lebih jelasnya dan mendapatkan
gambaran mengenai isi karya tulis ini, maka penulis menggunakan sistematika
penulisan dengan maksud agar para pembaca isi karya tulis ini secara garis
besar.
Adapun
sistematika penulisan antara lain :
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab ini
meliputi : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode penulisan dan Sistematika
penyajian
BAB II SEJARAH SUNAN GUNUNG JATI CIREBON
Pada Bab ini meliputi : Gunung Jati
sebagai pangguron Islam, pertamanan gunung sembung, Sunan gunung jati bukan
fatahillah, Talaga, Raja galuh, Wafat sunan gunung jati
BAB III PENUTUP
Pada Bab ini
meliputi : Simpulan dan Saran-Saran
DAFTAR ISI
BAB II
SEJARAH SUNAN GUNUNG JATI
CIREBON
A.
GUNUNG
JATI SEBAGAI PANGGURON ISLAM
Pada abad ke XV agama islam sudah
berkembang di pulau Jawa, terutama di Jawa Timur, Maulana Malik Ibrahim membuka
pesantren bagi siapa saja yang berminat mempelajari agama Islam, sebagian besar
dari daerah-daerah sekitarnya dan hanya sedikit dari mereka asal jawa barat
pada masa itu di bawah kekuasaan kerajaan pajajaran, sedangkan Gunung jati
merupakan wilayah negri / daerah singapura (celancang). Bawahan pajajaran.
Karena letaknya di tepi pelabuhan Muara Jati, maka banyaklah pedagang-pedagang
asing yang datang kesitu, baik pedagag cina, arab, pedagang Gujarat/pantai
barat India. Selain sebagai pedagang mereka juga sebagai Mubaligh yang sengaja
membawa ajaran Islam keseluruh penjuru dunia, khususnya Asia Tenggara.
Sekitar pada tahun 1420 M datanglah
seerombongan pedagang dari Bagdad yang di pimpin oleh Syekh Idzofi Mahdi
memohon agar di perkenankan menetap di perkampungan sekitar Muara jati dengan
alasan untuk memperlancar dagangnya, oleh ki surawijaya rombongan syekh Idzofi
itu di izinkan tinggal dikampung pasambangan dimana terdapat Gunung jati. Sejak
itulah neliau memulai kegiatan berdakwah mengajak penduduk serta teman-teman
dekatnya. Itulah awal mula Gunung jati sebagi pangguron Islam. Dengan caranya
yang bijaksana dan penuh hikmah dalam menyampaikan dan mengajak orang masuk
islam, maka, dalam waktu yang singkat pangguron Islam Gunung Jatii sudah di dengar
sampai ke pusat kerajaan pajajaran.
Demikian karena Syekh Idlofi
kedatangan tamu yaitu RADEN WALANG SUNGSANG dan adiknya RATU RARASANTANG serta
istrinya NYI ENDANG GEULIS yang bermaksud ingin mempelajari agama islam. Kedua
saudara tersebut adalah putra-putri raja pajajaran R. PANIANARASA yang bergelar
PRABU SILIWANGI dari perkawinannya dengan NYI MAS SUBANG LARANG putri KI
JUMAJAN JATI yang pada waktu itu sedang belajar di pangguran islam SYEKH QURO’
Krawang, jadi keduanya sebagai cucu shahbandan pelabuhan muara jati, karena
prabu Siliwangi kembali ke agama Budha setelah Nyi Subang larang meninggal
dunia, sedangkan kedua putra-putrinya sudah di didik dan di beri petunjuk oleh
mendiang ibunya.
Satu kebiasaan yang di lakukan syekh
Idlofi di luar waktu dakwah dan di perhatikan oleh santri-santrinya ialah
tafakkur menyendiri di suatu tempat seperti gua di puncak gunung jati. Karena
itulah para santri memanggilnya dengan nama “SYEKH DZATUL KAHFI” artinya
sesepuh yang mendiami gua, sedang masyarakat kampung pasambangan menyebutnya
SYEKH NUR JATI artinya sesepuh yang menyiarkan gunung jati. Sedang santri yang
meninggalkan pangguron mengatakan “SETTANA” artinya pegang teguhkan semua
ajaran yang di dapat dari pangguron Gunung Jati. Namun pada akhirnya penduduk
Jawa Barat yang sebagian besar berbahasa sunda, sebutan SETANA di ganti ASTANA
artinya kuburan karena di gunakan untuk pemakaman, terutama Syekh Dzatul Kahfi
sendiri.
B.
PERTAMANAN
GUNUNG SEMBUNG
Setelah beberapa tahun R. Walang
Sungsang bersam adiknya dan istrinya berguru kepada Syekh Dzatul kahfi, dia di
perintahkan agar membuka hutan untuk di jadikan pedukuhan atau perkampungan,
setelah pedukuhan selesai pedukuhan itu di beri nama TEGAL ALANG-ALANG dan R.
walang sungsang di pilih sebagai kepala dukuh. Setelah berhasil mempercepat
laju perekonomian tegal alang-alang banyak pedagang asing berpaasaran disitu.
Karena percampuran antara bangsa yang beriman maka banyak pendatang yang
menawarkan pedukuhan CARUBAN (pertautan) sebagian warga sebagai pencari ikan.
Di kota suci makkah kedua kakak adik
itu bermukim di rumah Syekh bayanilah sambil menambah Ilmu Agama Islam keudian
Ratu Rara santang dinikahi oleh seseorang pembesar kota Ismailiyah, bernama
Syarif Abdillah, maka syarif Abdillah mengganti nama Rara santang dengan nama
SYARIFAH MUDA’IM, dari pperkawinan itu kemudian di karunia dua orang putra
yaitu SYARIF HIDAYATULLAH dan SYARIF
NURULLAH sekitar tahun 1496 pangeran sampai di Cirebon, beliau merasa kagum
karena selama tinggal di Makkah pedukuhan makin maju, padukuhan caruban di tingkatkan
menjadi sebuah negeri NAGARI CARUBAN LABANG. Sebenarnya berita tentang jadinya negeri
tersebut terdengar Prabu Siliwangi yang tidak berkenan di hatinya akan
berdirinya neegeri yang berhaluan Islam ini.
Guna mengimnbangi kemajuan yang
sangat pesat pangeran Cakrabrana membangun istana negeri yang di beri nama
PAKUNG WATI nama putrinya yang lahir ketika dia masih di Makkah. Selain itu
untuk kunjungan tetapnya ke SYEKH DZATUL KAHFI di gunung jati di bangun tempat
peristirahatan / pertamanan GUNUNG SEMBUNG.
C.
SUNAN
GUNUNG JATI BUKAN FATAHILLAH
Syarif Hidayatullah dan
putra-putrinya Nyi ratu Rarasantang dengan Syarif Abdillah, sejak kecil
keduanya telah di perintah supaya menimba illmu sebanyaknya dari ulama’ yang
mereka gurui, saat Syarif Hidayatullah berusia 28 tahun ayahnya meninggal dunia
maka sebagai pengganti untuk memearintak kota Ismailiyyah. Ibunya dan Syarif
hidayatullah meninggalkannya untuk pulang ke tanah jawa. Sekitar tahun 1415
keduanya sampai ke Curaban dan di sambut baik oleh pamannya yaitu Pangeran
Cakrabana.
Berita tentang tampilnya seorang
Mubaligh asal kota Ismailiyyah pemimpin negeri Cirebon terdengar oleh Demak
yang berdiri pada tahun 1418 yang di bawah kekuasaan SUNAN RADEN PATAH. Maka
sultan raden patah bersama raden lainnya yang sudah bergelar sunan menetapkan
Syarif Hidayatullah sebagai pemimpin penyiar Agama Nabi Muhammad SAW di wilayah
Jawa Barat beliau menetapkan juga sebagai Suanan Cirebon dengan gelar SUNAN
GUNUNG JATI bermula dari sinilah terbentuklah sidang dewan wali sembilan (WALI
SANGA) terdiri dari :
1.
Maulana Raden Rahmat : Sunan Ampel (Surabaya)
2.
Maulana
Makhdum Ibrahim : Sunan Bonang
(Tuban)
3.
Maulana Raden Paku :
Sunan Giri (Gresik)
4.
Maulana
Syarifudin :
Sunan Drajad (Sedayu)
5.
Maulana Ja’far Shodiq : Sunan Kudus (Kudus)
6.
Maulana Raden Syahid : Sunan Kali Jaga (Demak)
7.
Maulana Raden Prawata : Sunan Muria (Kudus)
8.
Maulana
Malik Ibrahim : Sunan
Gresik (Gresik)
9.
Maulana
Syarif Hidayatullah : Sunan
Gunung Jati (Cirebon)
Pada tahun 1480 sunan gunung jati
menikah dengan putri kaisar Tiengkek ini bernama ONG TIEN, kemudian diganti
dengan nama NYI RATU RARA SUMANDING.
Di tengah-tengah kesibukannya
pembangunannya fisik material dan mental di negri Cirebon ini datanglah utusan
dari Raden Patah di kraton Pakung Wati, melaporkan bahwa malaka sudah di duduki
oleh portugis, maka dari itu Demak mengirim bala bantuan pertahanan yang di
pimpim oleh DIPATI UNUS, kerajaan malaka
di duduki portugis pada tahun 1511 pada masa pemerintahan SULTAN MAHMUD SYAH.
Sesuai yang di rencanakan bahwa Demak
akan mengirim pasukan ke Cirebon untuk mempertahankan pelabuhan sunda dari
portugis, pada tahun 1518 R. Patah meninggal dan di gantikan oleh DIPATI UNUS
dengan gelar Pangeran Sabrang lor, dibawah pimpinan Fatahillah mereka
berhadapan dengan Portugis, namun pada akhirnya pasukan pajajaran di pukul
mundur dan pportugis pun terusir dari sunda kelapa pada tahun 1522.
Langkah-langkah selanjuutnya yang di
lakukan oleh Maulana Syarif Hidayatullah adalah memperluas wilayah islam
kenegeri-negeri sekitar Cirebon, untuk itu beliau menarik kembali Fatahillah
yang sudah menduduki jabatan Bupati Jayakarta untuk memimpin pasukannya guna
memperluas Agama Islam. Adapun daerah sekitar Cirebon yang berhasil dikuasai
adalah :
D.
TALAGA
Sebuah kerajaan kecil di sebelah
barat daya cirebon di bawah kekuasaan Prabu Pacukumun yang beragama Budha,
dalam penakhlukan ini yang tampil sebagai panglima NYI MAS GANDASARI Srikandi
dari pasai yang ikuut ke Cirebon bersama pangeran Cakrabuana semasa pulang dari
Makkah.
E.
RAJA GALUH
Bekas pusat pajajaran sebelum pindah
ke pakuan (Bogor) di perintah oleh prabu cakraningrat sebagai bekas
pemerintahan pajajaran, raja galuh menuntut agar Cirebon tunduk dan mengirim
Upeti seperti dulu.
Selesai penekhlukan Talaga dan Raja
Galuh Sultan Cirebon Syarif Hidayatullah menyelenggarakan tasyakuran bersama
dengan menikahkan FATAHILLAH dengan putrinya RATU WULUNG AYU.
Kemudian Setelah Segalanya Diatur
Dengan Tertib dan usia sultan sudah lanjut, maka sang putra PANGERAN MUHAMMAD
ARIFIN di nobatkan sebagai sultan II dengan gelar pangeran PASAREAN. Penasehat
Sultan yang masih muda ini Sunan Gunung Jati dengan persetujuan warga
kesultanan mengangkat Fatahillah dengan sebutan KI BAGUS PASAI.
Namun pada tahun ke-5 pengangkatannya
± tahun 1552 pangeran pasarean ke-II itu mendahului ayahandanya berpulang ke
rakhmatullah.
Dengan wafatnya pangeran pasarean
ini, Sunan Gunung Jati yang sudah merintis ketentraman hari tuanya dengan
menata agama di pasambangan itu mengambil kebijaksanaan kesultanan Cirebon
dengan mengangkat ARIA KAMUNING sebagai Sultan Cirebon ke III dengan gelar
DIPATI CARBON I
Masa pemerintahan Dipati carbon 1 ±
12 tahun pada tahun 1565 tahta kesultananya di serahkan kepada putranya yang
berusia 18 tahun yaitu PANGERAN MAS karena usianya masih tetrlalu muda ini
banyak memerlukan saran dan bimbingan
dari sesepuh kraton seperti Sunan Gunung Jati dan Kiyai Bagus Pasai.
Oleh kaarenanya pada pemerintahan
panembah ratu I Cirebon sedikit mengalammi penurunan, untung padamasa Sunan
Gunung Jati kerajaan kecil yang menjadi pusat agama nenek moyang sudah semua di
tundukkan, sehingga langkah selanjutnya tinggal meningkatkan pembinaan agar
diantara mereka tidak ada sedikitpun niat untuk memberontak.
F.
WAFAT
SUNAN GUNUNG JATI
Dalam masa keprihatinan itu, dalam
tahun 1568 seluruh warga kesultanan Cirebon berduka cita dengan berpulangnya ke
alam baqa’ SYEKH MAULANA SYARIF HIDAYATULLAH SULTAN MAHMUD setelah genap
berusia 120 tahun.
Bersama ibu Syarifah muda’im dan
paman pangeran cakrabuana. Beliau di kebumikan di pertamanan Gunung Sembung dan
2 tahun kemudian menyusul pula KIYAI BAGUS PASAI FATAHILLAH dan di makamkan di
tempat yang sama.
Demikianlah sekilas tentang riwayat
kedua tokoh yang di identikkan menurut versi tokoh berdasarkan bukti yang ada.
Makam kedua
tokoh itu, berdampingan dan tidak di perantai apapun. Maka dengan kilasan
riwayat mudah-mudahan bisa dimaklumi bahwa SUNAN GUNUNG JATI adalah SYARIF
HIDAYATULLAH bukan FATAHILLAH atau FALATEHAN.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari beberapa yang telah di
kemukakan diatas, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :
-
sunan gunung jati adalah salah satu dari sembilan
orang penyebar agama islam di pulau Jawa yang di kenal dengan sebutan Wali
Sanga.
-
Ki Bagus
Pasai di nobatkan sebagai Sultan ke II dengan gelar pangeran pasarean.
-
Syarif
Hidayatullah hidup padazaman Raden Fattah Sultan Demak pertama.
B.
Saran -
Saran
Dengan selesainya karya tulis ini penulis ingin
menyampaikan sedikit saran-saran yang semoga dapat nermanfaat bagi para pembaca
budiman. Adapun saran-saran dari penulis adalah sebagai berikut :
-
kepada
pemerintah agar selalu menjaga kekayaan yang ada di indonesia
-
kepada
para pengunjung / wisatawan agar dapat mengambil dan mau ikut serta dalam
melestarikannya.
DAFTAR PUSTAKA
- Musthofa Bisri, K. 1952. Tarikh Auliya, Kudus; Menara kudus
- Sunardi M. Ag. Drs. 2004. Bahasa Arab; Surabaya. Kantor wilayah Departemen Agama
- Wahyudi Asnan. 2001. Kisah Wali Sanga. Surabya. Karya Ilmu
0 komentar:
Posting Komentar