Filsafat
Secara ethimologis kata filsafat berasal bahasa Yunani yang berasal dari kata:
Philos ~ Philia yang artinya mencari / mencintai
Sophos ~ Sophia yang artinya Hikmat / kebenaran /Pengetahuan
Jadi Filsafat artinya cinta akan hikmat/kebenaran/pengetahuan
Asal Filsafat :
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu :
Ad 1. Keheranan
Banyak Filsuf menunjuk rasa heran sebagai asal Filsafat.
Plato,
misalnya mengatakan : ” Mata kita memberi pengamatan Bintang-bintang,
Matahari, dan Langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki.
Dan penyelidikan ini berasal dari Filsafat.
Ad 2. Kesangsian
Agustinus dan Descartes menunjuk kesangsian sebagai sumber utama pemikiran.
Sikap
skeptis (penyelidikan) Sangat berguna untuk menemukan suatu titik
pangkal yang tidak teragukan lagi. Titik pangkal ini dapat berfungsi
sebagai dasar untuk semua pengetahuan lebih lanjut.
Ad 3. Kesadaran akan keterbatasan
Filsuf
lainnya lagi mengatakan bahwa manusia mulai berfilsafat ketika ia
menyadari betapa kecil dan lemah dirinya bila dibandingkan dengan alam
semesta sekelilingnya.
Di sini jelas bahwa harus ada sesuatu yang tak terbatas.
Tiga jenis Abstraksi
Kebenaran, Kesangsian, dan Kesadaran akan keterbatasan mendorong manusia untuk berpikir
Manusia
cenderung untuk menggunakan suatu jalan tertentu untuk berpikir, yaitu
dari hal-hal yang konkret ke prinsip-prinsip induk yang abstrak.
Menurut
Aritoteles pemikiran kita melewati tiga jenis abstraksi. Setiap jenis
abstraksi menghasilkan salah satu jenis pengetahuan, yaitu fisis,
matesis, dan teologis.
Ad 1. Fisis
Kita mulai berpikir kalau kita mulai mengamati sesuatu.
Keheranan, Kesangsian, dan Kesadaran akan keterbatasan baru dapat timbul kalau sesuatu diamati lebih dahulu. Dari pengamatan sesuatu materi dapat dirasakan.
Ad 2. Matesis
Berkat
abstraksi ini, kita dapat menghitung dan mengukur karena menghitung dan
mengukur itu mungkin lepas dari semua gejala dan semua perubahan.
Ad 3.Teologi
Kalu
kita sudah berpikir tentang keseluruhan kenyataan, tentang asal dan
tujuan, tentang jiwa manusia, tentang kenyataan yang paling luhur,
tentang Tuhan, maka fisis dan matesis mulai ditinggalkan Kedua jenis pengamatan ini tidak berguna lagi di sini. Jenis berpikir ini disebut teologi.
Pengetahuan jenis ketiga ini dalam tradisi setelah Aristoteles disebut metafisika.
Meta artinya setelah. Jadi metafisika adalah bidang yang datang setelah fisika.
Definisi Filsafat
1. Plato
Filsafat adalah Ilmu pengeahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli
2. Aristoteles
Filsafat
adalah Ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di
dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika.
3. Descartes
Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, Alam, dan Manusia menjadi pokok penyelidikan
4. Hasbullah Bakry
Ilmu
filsafat ialah ilmu yang menyelidiki, segala sesuatu dengan mendalam
mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai
manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu.
Perbedaan Filsafat dengan Ilmu yang lain
1. Perbedaan Mengenai Lahan Pembahasan.
Ilmu-ilmu
selain filsafat membatasi pembahasan hanya pada bagian tertentu saja,
sedang filsafat menyelidiki seluruh kenyataan yang dibahas oleh ilmu
tadi.
Contoh :
Ilmu Bumi yang dibahas hal-hal yang langsung menjadi bagian dari bumi seperti daratan, lautan, sungai, kota dll.
Ilmu bahasa yang dipersoalkan tentang tutur kata, bentuk kata, susunan kalimat, pengertian dll.
Filsafat yang dibahas hakekat yang umum danl luas.
Dengan
kata lain, ilmu spesial membatasi medannya pada pertanyaan
’Bagaimana’dan ’Apa sebabnya’ Sedangkan Filsafat meninjau dari
pertanyaan ’Apa itu’, ’Dari mana’ dan ’Ke mana’.
2. Perbedaan Mengenai Tujuan.
Ilmu
pengetahuan spesial hanya memandang manusia sebagai satu bagian dari
alam saja, sedang Filsafat bertujuan untuk mengetahui tentang :
asal-usul manusia, hubungan manusia dengan alam semesta dan bagaimana
akhirnya manusia (hari kemudian).
3. Perbedaan Mengenai Cara Pembahasannya.
Ilmu
pengetahuan spesial dalam pembahasan dan penyelidikannya mempergunakan
panca indera dan percobaan-percobaan, sedang Filsafat menggunakan
fikiran dan akal.
4 Perbedaan Mengenai Kesimpulan.
Kesimpulan yang dicapai Ilmu pengetahuan spesial dan kesimpulan yang dicapai Filsafat amat berjauhan.
Ilmu pengetahuan spesial kesimpulannya dapat ditetapkan dengan
dalil-dalil yakin yang didasarkan pada penglihatan dan
percobaan-percobaan.
Filsafat tidak memberi keyakinan yang mutlak, segala kesimpulan selalu
mengandung keraguan, serta jauh dari kepastian dan keyakinan.
Cabang-cabang Filsafat
Filsafat dapat dibagi atas empat kelompok, yaitu :
1. Filsafat tentang Pengetahuan, terdiri dari :
Epistemologi
Logika
Kritik Ilmu-ilmu
2. Filsafat Tentang Keseluruhan Kenyataan, terdiri atas :
Metafisika Umum (Ontologi)
Metafisika Khusus, terdiri dari :
~ Teologi Metafisik
~ Antropologi
~ Kosmologi
3. Filsafat Tentang Tindakan, terdiri dari :
Etika
Estetika
4. Sejarah Filsafat
Penjelasan :
Epistemologi, merupakan ”pengetahuan tentang pengetahuan”
Logika, menyelidiki aturan-aturan yang harus diperhatikan supaya cara berpikir sehat
Kritik Ilmu-ilmu menyelidiki titikpangkal, metode, dan objek dari ilmu-ilmu
Ontologi merupakan pengetahuan tentang ”semua pengada sejauh mereka ada”
Teologi Metafisik atau sering disebut Filsafat Ketuhanan berbicara
tentang pertanyaan apakah Tuhan ada dantentang nama-nama Illahi
Antropogi berbicara tentang manusia.
Kosmologi atau sering disebut Filsafat Alam berbicara tentang Alam (kosmos)
Etika atau sering disebut Filsafat Moral berbicara tentang tindakan manusia
Estetika atau sering disebut Filsafat Seni berbicara tentang keindahan.
Sejarah Filsafat mengajarkan apa jawaban pemikir-pemikir sepanjang jaman atas pertanyaan-pertanyaan manusia.
A.Epistemologi
Kata
Epistemologi berarti pengetahuan tentang pengetahuan. Unsur-unsur yang
bermain peranan dalam dalam proses pengetahuan, terdapat banyak
pendapat. Ada dua aliran filsafat yang memiliki peranan besar dalam
diskusi tentang pengetahuan, yaitu rasionalisme dan empirisme.
Rasionalisme
mengajarkan bahwa akal budi merupakan sumber utama pengetahuan, sedang
Empirisme mengajarkan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman inderawi
bukannya dari akal budi.
Rasionalisme
dan Empirisme disatukan oleh Imanuel Kant, yang memperlihatkan
bagaimana peranan akal budi dan panca indera dalam suatu analisis
raksasa dari seluruh proses pengetahuan dengan semua unsur yang bermain
peranan. Setelah Kant Epistemologi merupakan cabang filsafat yang sangat
berkembang.
B Logika
Logika
berhubungan dengan pengetahuan ; berhubungan dengan bahasa. Merupakan
cabang Filsafat yang menyelidiki kesehatan cara berpikir, aturan-aturan
mana yang harus dihormati supaya pernyataan-pernyataan kita sah.
Suatu argumentasi betul kalau semua langkah dari argumentasi itu betul.
Langkah-langkah ini terdiri dari kalimat-kalimat (proposisi-proposisi),
dan setiap kalimat terdiri dari Subjek dan Predikat.
Contoh :
~ Setiap manusia pasti mati (A)
~ Siti adalah manusia (B)
~ Siti pasti mati (C)
Argumentasi ini terdiri dari tiga kalimat. Kalimat A dan B disebut premis, dan kalimat C disebut konklusi.
Logika dalam bentuk ini disebut logika klasik. Logika klasik berkembang
pada jaman Aristoteles. Sekarang ada jenis logika baru disamping logika
klasik, yaitu logika matematis yang juga disebut logika formal atau
logistik.
C Kritik Ilmu-ilmu
Ilmu-ilmu dapat dibagi atas tiga kelompok, yaitu :
Ilmu-ilmu formal : Matematika, Logika dll
Ilmu Empiris formal : Ilmu Alam, Ilmu Hayat dll.
Ilmu Hermeneutis : Sejarah, Ekonomi dll.
D. Etika
Kata Etika berasal dari bahasa Yunani ”Ethos” yang berarti :
”adat”,”cara bertindak”,”kebiasaan” Kata Moral berasal dari bahasa Latin
”Mos” yang mempunyai arti sama. Etika dibedakan dari semua cabang
Filsafat lain karena tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan
bagaimana ia harus bertindak. Norma yang paling penting untuk tindakan
manusia adalah norma moral, datang dari ”suara batin”.
Sepanjang sejarah Filsafat diberikan petunjuk-petunjuk etis, pedoman-pedoman untuk hidup lebih berbahagia.
Plato dan Aristoteles sudah menyusun suatu etika Filsuf kenamaan
seperti Thomas Aquino, Hobbes, Kant juga demikian. Ajaran Konfusius,
Hinduisme, Buddisme juga menekankan jalan untuk mencapai kebahagiaan.
E. Estetika
Adalah cabang Filsafat yang berbicara tentang keindahan. Pengalaman
akan keindahan merupakan objek estetika. Dalam estetika dicari hakekat
dari keindahan, bentuk-bentuk pengalaman
keindahan, dan diselidiki emosi-emosi manusia sebagai reaksi terhadap
yang indah, yang agung, yang tragis, yang bagus, yang mengharukan dan
seterusnya.
F. Sejarah Filsafat
Dalam sejarah Filsafat kita bertemu dengan hasil penyelidikan semua
cabang Filsafat. Sejarah Filsafat mengajarkan jawaban-jawaban yang
diberikan oleh pemikir-pemikir besar, tema-tema yang dianggap paling
penting dalam periode tertentu, dan aliran-aliran besar yang menguasai
selama suatu jaman tertentu.
Cara berpikir tentang manusia ; tentang kebebasan dan cinta ; tentang
yang baik dan yang jahat ; tentang materi dan jiwa ; tentang alam dan
sejarah ditemukan dalam sejarah filsafat.
Dalam sejarah filsafat biasanya dibedakan tiga tradisi besar, yaitu Filsafat India, Filsafat Cina, dan Filsafat Barat.
Sejarah Filsafat Dunia merupakan suatu sumber pengetahuan, pengalaman,
hikmat yang luar biasa. Sejarah Filsafat merupakan suatu cermin bagi
manusia. Pertanyaan-pertanyaan dan ide-ide manusia ditemukan kembali di
sini dalam suatu perspektif yang sangat luas, yang melewati batas-batas
agama, bahasa, jaman dan kebudayaan.
Kedudukan Ilmu, Filsafat, dan Agama
A. Kedudukan Filsafat sebagai Induk Ilmu Pengetahuan
1. Filsafat Sebagai Ilmu
Keberadaan
Filsafat sebagai ilmu sejalan dengan pengertian filsafat itu sendiri
dimana mengandung beberapa hal yang berbentuk pertanyaan ilmiah, yaitu :
”Apa”, ”Mengapa”, ”Kemana”, dan ”Bagaimana”
Kata Bagaimana merupakan
pertanyaan tentang sifat-sifat yang dapat ditangkap atau dibuktikan
dengan panca indera dan pada umumnya dipahami melalui hukum
sebab-akibat.
Pertanyaan Mengapa pada dasarnya menanyakan sebab atau asal muasal suatu objek yang kemudian melahirkan pengetahuan yang bersfat kasualitas.
Pertanyaan Kemana pada hakekatnya menanyakan tentang sesuatu yang telah terjadi pada masa lalu, masa sekarang, maupun yang akan datang.
Sementara pertanyaan Apakah
bersifat pertanyaan tentang hakekat atau substansi suatu hal. Hakekat
sifatnya sangat mendalam, bukan lagi bersifat empiris dan hanya dapat
dipahami oleh akal. Pengetahuanyang diperoleh darijawaban ini akan dapat
mengetahui hal-hal yang sifatnya sangat umum, universal, dan abstrak.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu-ilmu selain Filsafat bertolak dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, sedangkan Filsafat bergerak dari tahu menjadi lebih tahu dan selanjutnya mengetahui hakekat.
2. Filsafat Sebagai Metode Berpikir
Berfikir
secara Filosofis dapat diartikan sebagai berfikir secara radikal,
sangat mendalam sampai kepada hakekat dan menyeluruh. Cara berfikir yang
demikian merupakan langkah untuk berfikir secara tepat dan benar serta
dapat dipertanggungjawabkan.
Hal-hal yang perlu dipersyartakan :
a. Sistematis
Maksudnya adalah masing-masing unsur berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam satu keseluruhan
b. Konsepsional
Berkaitan dengan ide atau gambaran yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam intelektual.
c. Koheren atau runtut
unsur-unsurnya tidak mengandung uraian-uraian yang bertentangan satu dengan yang lain.
d. Rasional
Unsur-unsur pemikirannya berhubungan secara logis.
e. Sinoptik
Pemikiran filsafat harus melihat hal-hal yang menyeluruh atau dalam kebersamaan secara integral.
f. Berorientasi kepada pandangan dunia
Pemikran filsafat sebagai upaya untuk memahami realitas kehidupan dunia.
3. Filsafat Sebagai Suatu Sikap dan Metode
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan manusia dan alam
lingkungannya. Hal ini terbukti jika seseorang dihadapkan kepada
berbagai persoalan yang sulit atau kritis, maka kepada filsafat dapat
diajukan bagaimana anda menanggapi hal itu.
Filsafat sebagai suatu metode artinya sebagai cara berpikir secara
mendalam, penyelidikan yang argumentatif, berpikir secara hati-hati dan
teliti.
B. Hubungan Ilmu, Filsafat dan Agama
1. Tiga Institut Kebenaran
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Ada tiga jalan untuk mencari,
menghampiri, dan menemukan kebenaran, yaitu : Ilmu, Filsafat dan Agama.
Ketiga institut tersebut mempunyai titik persamaan dan titik perbedaan
satu terhadap lain.
a. Ilmu Pengetahuan
ialah hasil usaha pemahaman manusia yang tersusun dalam suatu sistem
mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum
tentang hal ikhwal yang diselidikinya (Alam, Manusia, bisa juga Agama)
sejauh yang dapat dijangkau daya pemkiran manusia yang dibantu
penginderaannya, yang kebenarannya dapat diuji secara empiris, riset dan
eksperimental.
b. Filsafat
ialah ’Ilmu Istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak
bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah
tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Dengan kata lain Filsafat adalah daya upaya manusia dengan akal budinya
untuk memahami, mendalami dan menyelami secara radikal dan integral
hakekat Tuhan, hakekat Alam Semesta, dan hakekat Manusia, serta sikap
manusia sebagai konsekuensi dari pemahamannya tersebut.
c. Agama
Agama pada umumnya dipahami sebagai :
Satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia
Satu sisstem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu.
Satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dan alam lainya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan
tata peribadatan termaksud di atas
Ditinjau dari sumbernya, makaAgama dapat dibedakan atas dua :
Agama samawi (Agama langit, agama wahyu, Din as-Samawi)
Agama Budaya (Agama bumi, Din al-Ardhi)
Agama Islam ialah :
Wahyu yang diturunkanoleh Allah SWT lepada RasulNya
Bertujuan keridhaan Allah, keselamatan dunia dan akhirat serta rahmat bagi segenap alam
Pada garis besarnya terdiri dari Aqidah, Syariah (yang meliputi Ibadah
dalam arti khas dan Mu’amalah dalam arti luas) dan akhlaq
Bersumber pada kitab suci.
2. Titik Persamaan
Ilmu, Filsafat, maupun Agama sekurang-kurangnya berusaha berurusan dengan hal yang sama, yaitu Kebenaran
3. Titik Perbedaan
Ilmu dan Filsafat bersumber pada hal yang sama, yaitu akal/budi/rasio manusia. Sedangkan Agama bersumber wahyu
Bangsa Yunani dan Tokoh-tokoh Filsafat
A. Keadaan dan Sifat-sifat Yunani
1. Dari Segi Geografis
Bangsa Yunani banyak yang pindah dari tanah kelahirannya ke negeri asing. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
Faktor ekonomi, tanah daratan Yunani terdiri dari tanah daratan yang tandus dan berpegunungan.
Faktor Politik, Yuani sering diserbu suku Doria.
Di daerah-daerah yang baru mereka duduki, mereka hidup makmur dari hasil perniagaan dan pelayaran. Dari
kemakmuran tersebut memungkinkan mereka untuk memikirkan hal-hal lain
selain masalah kehidupan. Waktu yang terluang mereka pergunakan untuk
memperkuat kemuliaan hidup dngan seni dan buah pikiran.
2. Dari Segi Sosial Politik
Bangsa
Yunani berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Perbedaan yang paling
menonjol adalah kebebasan/kemerdekaan rakyatnya dalam mengemukakan
pendapat. Bangsa Yunani tidk dikuasai oleh seorang raja yang mempunyai
kekuasaan mutlak, dimana raja dapat bertindak semau-maunya. Perbedaan
yang lain adalah dalam bentuk negaranya. Orang Yunani hidup dalam Polis,
yaitu suatu negara kecil yang didiami oleh 5.000 s/d 20.000 warga
negara. Sehingga tidak mengherankan kalau Yunani terdapat ratusan negara
kota. Polis mempunyai ciri-ciri :
Mempunyai otonomi yang diatur berdasarkan hukum sendiri.
Tidak menggantungkan dirinya dalam bidang ekonomi pada negara lain (swasembada).
Pemerintahan polis memberikan kebebasan dan kemerdekaan kepada
rakyatnya dalam berpolitik, mengemukakan pendpat, dan turut ambil bagian
dalam sidang umum.
Iklim yang demikian ini memberi dorongan kepada warga negaranya untuk
mengembangkan bakatnya dan sangat menguntungkan bagi perkembangan suatu
sikap ilmiah yang pada pada akhirnya menuju ke pemikiran filsafat.
3. Dari Segi Kultural
Bangsa
Yunani mempunyai peradaban yang mengagumkan, demikian pula karya seni
yang mereka hasilkan tampak suatu sifat rasionalitas yang yang luar
biasa.
Demikian pula struktur bahasa Yunani nampak pula memperlihatkan suatu
rasionalitas tertentu yang sangat mengagumkan untuk mengekspresikan
pikiran-pikiran abstrak.
Dari semuanya jelas menunjukkan bahwa bangsa Yunani mempunyai corak
tertentu dan istimewa dan menjurus ke arah rasionalitas yang pada
akhirnya menghidup suburkan pertumbuhan dan perkembangan pemikiran
filsafat.
Pada umumnya pendapat mengatakan bahwa lahirnya perkembangan dalam pemikiran Yunani Kuno dimulai sejak 6 abad sebelum masehi (BC). Sejarah filsafat terbagi dalam beberapa bagian sebagai berikut :
I. Abad Yunani Kuno ( 6Abad BC s/d Abad 4 AD)
II Abad Pertengahan (Abad 4 AD s/d Abad 12 AD)
III. Abad Kebangkitan (Abad 12 AD s/d Abad 15 AD akhir)
IV. Abad Baru (Abad 16 AD s/d Abad 19 AD)
V. Abad Terakhir (Akhir Abad 19 AD s/d sekarang)
B. Tokoh-tokoh Filsafat Yunani
1. Filsafat Pra Socrates (Kosmologi)
a. Thales (625 - 545 BC)
Di
tengah tahayul yang yang dipercayai orang pada zamannya, ia berhasil
menebak gerhana. Ia telah mengetahui ilmu peredaran bintang, bahawa
setiap 223 bulan 11 hari tentu terjadi gerhana matahari. Karena ia
mendengar gerhana matahari terakhir terjadi pada 603 BC, maka ia
berhasil menebak dengan tepat gerhana matahari pada tanggal 28 mei 585
BC
Thales pernah pergi ke Mesir dan di sana ia berhasil mengajar orang
Mesir bagaimana caranya mengukur tingginya Pyramid dengan mengukur
bayangannya yang terjadi akibat sinar matahari
Banyak orang datang kepadanya menanyakan tentang kejadian dunia. Dari apa bumi ini dibuat ? Thales menjawab, bahwa Air adalah bahan utama darimana segala sesuatu itu dibuat.
b. Anaximander (611 – 547 BC)
Anaximander adalah murid Thales. Anaximander, Thales dan Anaximenes
adalah tiga serangkai ahli pikir dari kota miletos, kota kebanggaan
negeri Iona yang terletak di Turki (sekarang).
Anaximander mengatakan bahwa tidak mungkin segala sesuatu terjadi hanya
dari air. Dia mengatakan bahwa segala sesuatu terjadi dari satu bahan
yang tidak mungkin ditentukan, yaitu Apeiron. Tidak jelas bagi kita apa itu Apeiron, dapa yang ia beri nama itu.
c. Anaximenes
Dibanding dengan sebelumnya, ajaran dia termasuk reaksioner. Dia
beranggapan bahwa bumi berbentuk datar dan terapung di atas udara dari
segala penjuru seperti daun kering yang sedang berterbangan. Benda-benda di langit juga terapung di atas udara.
Ketiga ahli pikir tadi telah berani menjelajahi masalah-masalah dengan cara menyampingkan Mythos, Dongeng, dan Tahayul
d. Pytagoras (580 – 500 BC)
Di sekolah menengah kita mengenal Pytagoras dengan dalil yang masyhur,
yaitu bahwa kuadrat sisi miring dalam segitiga tegak lurus sama dengan
jumlah kuadrat sisi-sisi yang membentuk sudut tegak lurusnya.
Pytagoras membagi manusia dalam tiga tahap (Stratifikasi) :
Pertama adalah penonton sandiwara hidup, mereka adalah penggemar kebijaksanaan (Philosophoi)
Kedua ialah para pemainnya yaitu kaum politisi, mereka adalah penggemar kemegahan (Philotimoi)
Ketiga adalah para penggemar keuntungan (Philokerdeis)
Pada
kehidupan sehari-hari jiwa Pytagoras yang mengatakan All things are
numbers masih kita jumpai berpengaruh dalam kepercayaan kita. Kita
sering mengkeramatkan pendapat kita dengan angka :
Kita mengatakan tujuh penjuru angin, tujuh benua, dan tujuh samodera
Kita mengatakan lima dasar negara, lima pandawa dan lain-lain
penyimpulan sesuatu dengan menekankan angkanya. Segala macam
pengkeramatan pada angka berasal dari ajaran Pytagoras
e. Parmenides (540 – 473 BC)
Parmenides dianggap sebagai Bapak Logika karena ajarannya yang sangat bernilai dan menjadi tulang punggung pembahasan logika.
f. Empedokles (490 – 430 BC)
Dia beranggapan bahwa alam ini terbuat hanya dari empat elemen, yaitu
tanah, udara, api, dan air. Masing-masing elemen adalah abadi, akan
tetapi mereka dapat bercampur dalam campuran yang berbeda-beda dan
mmembentuk segala benda yang ada dalam dunia. Mereka
bercampur karena cinta dan mereka rusak dan berpisah karena
pertengkaran. Cinta dan pertengkaran adalah yang menggerakkan segalanya.
Adakalanya cinta lebih berkuasa daripada pertengkaran, maka segala isi
alam berpelukan, hidup rukun dan damai. Adakalanya tenaga bertengkar
lebih kuat, maka yang terjadi pukul memukul dan kehancuran. Pada masa
kejayaan cinta, semua orang menyembah Aphrodite, yaitu dewi kecantikan
dan dewi percintaan.
C. Tokoh-tokoh Filsafat Klasik (Socrates Cs)
1. Socrates
Sosrates mempunyai corak pemikiran tersendiri, meskipun tidak pernah
dituliskannya namun ia lakukan dalam bentuk tindakan, perbuatan, dan
gaya hidup. Ia sangat pandai mengendalikan dirinya sehingga tidak pernah
memuaskan hawa nafsunya dengan cara merugikan kepentingan orang lain.
Dengan kecerdasannya ia mampu menimbang baik dan buruk.
Socrates sendiri tidak menuliskan apa-apa, sehingga untuk memahami
corak pemikiran filsafatnya tidak dapat tidak dapat mempergunakan buah
pena Socrates sendiri. Untuk mengetahi ajaran Socrates para ahli sejarah
filsafat banyak bersandar kepada ajaran atau pemikiran Plato
(muridnya).
Warisan pemikiran yang terpenting dari Socrates adalah Metode
Dialektika yang berasal dari bahasa Yunani ”dialegesthai” yang artinya
bercakap-cakap atau berdialog. Metode Socrates dinamakan Dialektika
karena mempunyai peranan penting di dalamnya.
2. Plato (427 – 347 BC)
Plato
hidup di athena ketika Sparta menjajahnya. Ia lebih tertarik pada
Sparta yang gagah berani daripada Athena yang didasarkan atas pemungutan
suara terbanyak. Bentuk pemerintahan Sparta sangat berpengaruh pada
jiwa Plato, dan hal ini mengilhami dia untuk menulis negeri idam-idaman
dalam sebuah karya besar dengan judul ”Republik”. Tugas warga negara
Sparta adalah perang, untuk itu ia dididik sejak lahir hingga umur dua
puluh tahun untuk perang.
Tujuan pendidikan adalah untuk membuat mereka keras dan ulet, dan
tunduk pada disiplin. Pendidikan ilmiah dan kebudayaan adalah omong
kosong. Satu-satunya tujuan pendidikan adalah melahirkan serdadu yang
bagus, sanggup berkorban mati-matian untuk negara.
Ada lagi satu pengaruh besar pada jiwa Plato, yaitu pertemuannya dengan
Socrates yang menjadi titik balik dalam hidupnya. Jiwa Plato yang
teliti telah terpikat dengan permainan ”dialektik” dari sang guru
Socrates. Akhirnya ia menjadi pecinta kebijaksanaan berkat bimbingan
Socrates.
Dialog dia adalah suatu perbendaharaan sastra dunia yang tak ternilai
harganya. Diantara buku dialognya yang terbaik adalah Republik. Buku ini
adalah satu pembahasan yang lengkap. Disini kita jumpai pendapatnya
mengenai metaphisika, theology, ethika, psikologi, paedagogi, politik,
seni dan lain-lain.
Negara dan Manusia : Psikologi Politik
Kata Plato, watak manusia bersal dari tiga sumber pokok, yaitu Keinginan, emosi, dan pengetahuan.
Keinginan berkedudukan di dalam perut. Ia adalah tempat penyimpanan energi yang bisa meledak, pada dasarnya bersifat seksual. Emosi berkedudukan di jantung, di dalam peredaran darah. Ia adalah pantulan organis dari pengalaman dan keinginan. Pengetahuan berkedudukan di dalam kepala. Ia adalah kacamata keinginan, dan dapat menjadi pengemudi jiwa
3. Aristoteles
Aristoteles
adalah seorang murid Plato yang terpandai di athene ; mulai belajar
pada umur 18 tahun dan terus belajar sampai umur 37 tahun.Namanya
termasyhur di sekitar lautan tengah, dan ketika berusia 41 tahun, ia
diundang ke Macedonia untuk mengajar Alexander The great (
Iskandar Agung ) yang pada waktu itu ia seorang anak yang berumur 13
tahun. Ia tinggal di istana Macedonia untuk mengajar selama 8 tahun.
Ia meninggalkan buku-buku filsafat seperti : Organun, Methaphysica,
Phisica, Rhetorika, Politic dan Poetic. Pada hakekatnya tak sebuah buku
ditulis oleh Aristoteles sendiri, akan tetapi ditulis setelah ia wafat
oleh murid-muridnya dari kuliah-kuliah yang ia berikan. Diantara buku
yang paling terkenal adalah Politic dan Poetic.
Sesudah Aristoteles, filsafat Yunani menjadi mandul dan kering dan
mulai dilupakan orang selama seribu tahun lamanya.Ketika Islam datang
filsafat Yunani yang tadinya sudah mati dihidupkan kembali dengan air
yang dialirkan dari Islam.
Filsafat India
A. Pendahuluan
Orang
Yunani dan India berfilsafat dengan tujuan mencari kebenaran, akan
tetapi ada perbedaannya, Orang Yunani berfilsafat dalam rangka mencari
kebenaran sebagai kebenaran, sedangkan orang India berfilsafat mencari
kebenaran dalam rangka melepaskan diri dari dunia.
B. Ciri-ciri Filsafat India
Prof. Radhakhrisnan memberikan tujuh ciri untuk seluruh sistem Filsafat India, yakni :
1. Motif Spiritual yang mendasari seluruh sistem filsafat India maupun kehidupan masyarakatnya
2. Sikap Introspektif dan pendekatan introspektif terhadap realitas.
3. Mengakui hubungan erat antara hidup dan filsafat.
Artinya filsafat tidak dianggap sebagai sekedar sport otak, tetapi
merupakan usaha mencari kebenaran yang dapat membebaskan manusia.
4. Idealis
5. Memberikan peran sentral terhadap intuisi.
6. Mengakui otoritas
7. Tendensi untuk mendekati berbagai aspek pengalaman dan realitas dengan pendekatan sintesis
C. Metode Filsafat India
Proses berfilsafat India umumnya mengikuti sejumlah langkah. Adapau lankah tersebut adalah :
1. Sravana (mendengarkan)
Mendengarkan ajaran-ajaran yang benar dari kitab suci agar dapat menangkap pengertiannya secara penuh.
2. Manana (perbincangan/penelaran)
Diskusi tentang isi teks yang didengar itu tadi
3. Nididhyasana (meditasi)
Duduk
dalam sikap meditasi dengan konsentrasi pikiran pada ajaran yang
didengarkan tadi dengan sikap meditasi dan pikiran dibebaskan dari
keraguan
Ketiga
langkah itu menyebabkan di India, Filsafat bukan suatu yang hanya
teoritis, tetapi menjadi suatu kekuatan yang menghidupkan dan mengubah
manusia.
D. Periodisasi Filsafat India
1. Kurun Veda (2000 BC – 600 BC)
Veda terdiri atas empat kumpulan (samhita), yakni :
Rg Veda (kumpulan puji-pujian)
Sama Veda (kumpulan hymne)
Yaajur Veda (kumpulan rumusan-rumusan untuk korban)
Atharva Veda (kumpulan rumusan-rumusan magis)
2. Kurun Reaksi (600 BC – 300 AD)
Pendiri
Budhisme adalah Sidharta Gautama. Kitab sucinya dinamakan Tripitaka
yang terdiri atas Sastra (kumpulan Khutbah Budha), Vinaya
(undang-undang) dan Abhidharma (metafisik).
3. Kurun Purana Darsana (300 AD – 1200 AD)
Secara harafiah artinya penglihatan (point of view). Filsafat diharapkan menjadi pengalaman langsung.
4. Kurun Islam (1200 AD – 1757 AD)
Tokoh
yang cukup menonjol dalam periode ini adalah Kabir dan Guru Nanak.
Kabir mencoba mengembangkan suatu agama yang universal, sedang Guru
Nanak adalah pendiri aliran Sikh, yang berusaha menyerasikan Islam dan
Hindhuisme.
5. Kurun Modern (1757 AD – 1968 AD)
dalam
periode ini terlihat kecenderungan untuk menghidupkan kembali
nilai-nilai klasik India, bersamaan dengan berbagai pembaharuan sosial
politik.
Tokoh
penting dalam periode ini antara lain adalah Ram Mohan Roy, Vivekanda,
Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore, dan Radhakhrisnan
E. Beberapa Aliran Filsafat India
1. Carvaka
Didirikan
oleh Brhaspati, dengan ciri pada materialisme dan hedonisme. Aliran ini
tidak menerima kehidupan setelah kematian sehingga menolak ajaran hukum
karma dan kelahiran kembali yang terdapat pada sistem filsafat India
yang lain.
2. Jainisme
Ada
banyak jiwa dan banyak bentuknya. Kalau jiwa bebas, ia mencapai status
murninya. Ini bisa dicapai dengan disiplin rohani yang keras, memutuskan
hubungan dengan dengan dunia, yang merupakan partikel-partikel yang
mengelilingi jiwa.
Menurut
Jainisme hakekat diri atau jiwa adalah kesadaran. Tujuan tertinggi
adalah realisasi kondisi murni, mengembalikan jiwa kepada hakekatnya,
yakni pengetahuan tak terbatas (Ananta Jnana), persepsi tak terbatas
(Ananta darsana), kekuatan tak terbatas (Ananta Virya), dan kebahagiaan
tak terbatas.
Jiwa
memiliki keutamaan-keutamaan yaitu : Ahimsa (tanpa kekerasan),
menghargai hidup, harta dan benda, bicara yang benar, tidak mencuri,
kemurnian dan ketidaklekatan pada duniawi.
3. Budhisme
Budha mengajarkan empat kebenaran utama (empat aryasatyani), yakni :
Hidup adalah sengsara (dukha)
Penderitaan itu timbul karena keinginan (samudaya)
Penderitaan dapat diakhiri dan dicapai Nirvana dimana segala aliran kehidupan berakhir.
Hal ini hanya dapat terlaksana dengan perbuatan yang disiplin (marga) dan berpuncak pada konsentrasi dan mediasi.
Budhisme
mencapi puncak kemegahannya pada masa pemerintahan Raja Asoka. Pada
saat itu terjadi berpecahan dan perbedaan pendapat yang kemudian
menghasilkan dua aliran Budhisme, yakni Hinayana dan Mahayana.
Hinayana
bertujuan mencapai penyelamatan individual sedangkan Mahayana mencari
penyelamatan orang banyak/orang lain. Cita-cita hidup aliran Mahayana
adalah menjadi Boddhisattya, yakni orang yang telah mencapai
kesempurnaan, tetapi menunda masuk Nirvana demi keselamatan semua orang
f. Konsep Keselamatan dalam Hinduisme
Kitab suci Hindu mengajarkan terikatnya manusia pada eksistensi fenomenal sbb :
Kelahiran kembali (samsara) adalah konsekuensi dari perbuatan (karma)
Perbuatan muncul dari keinginan-keinginan (kama)
Keinginan disebabkan oleh egoisme (ahamkara)
Jadi, manusia menjadi permainan keinginan-keinginan dan egoisme karena
ketidaktahuan (avidya) akan hakekat sebenarnya dari realitas.
Keselamatan harus dicapai dengan menyingkirkan segala hambatan tersebut.
Filsafat China
A. Pendahuluan
Masa
dinasti Zhou (1122 BC – 255 BC) dikenal sebagai zaman klasik kebudayaan
Cina. Kebudayaan Zhou menjadi model bagi kebudayaan Cina seperti
kebudayaan Yunani menjadi norma bagi kebudayaan barat.
Masa dinasti Zhou merupakan puncak kegiatan intelektual. Di masa
dinasti ini, khususnya Abad 6 BC – 3 BC berkembanglah filsafat Cina kuno
yang melahirkan apa yang dinamakan seratus mazab filsafat.
Semua filsuf besar dari dinasti Zhou berusaha memecahkan kekalutan
sosial dan politik yang terjadi waktu itu. Cara pemecahan yang
dianjurkan pada filsuf itu tidak sama, maka muncullah aneka aliran
pemikiran dan sistem filsafat di Cina.
B. Ciri-ciri Filsafat Cina
1. Berkaitan dengan Sastra
Kesusasteraan
dan filsafat Cina lahir pada waktu bersamaan, yaitu pada abad 9 BC – 8
BC. Karena filsafat terkait dengan sastra, maka orang yang ingin belajar
filsafat Cina pasti mempelajari sastra Cina.
2. Lebih Anthroposentris dibanding filsafat barat dan filsafat India
3. Lebih pragmatis
Selalu mengajarkan bagaimana orang harus bertindak demi keseimbangan antara dunia dan surga.
C. Periodisasi Filsafat Cina
1. Zaman Klasik
Seratus Mazab
(filsafat cina kuno biasanya dikelompokkan dalam enam aliran besar
yaitu aliran Ru (Konfusianisme) ; Taois (Taoisme) ; Mohis (Mohisme) ; Fa
(Legalisme) ; Yin Yang (Okultisme) dan Aliran Nama-nama (Sofisme).
Ad 1. Konfusianisme
Aliran ini didirikan oleh Kong Fu Tse, artinya guru dari suku Kung (551
– 479 BC) dan mendominasi pemikiran Cina selama 25 Abad. Konfusianisme
bermula dari ajaran Konfusius, yang kemudian dikembangkan oleh Mensius,
Meng Zi dan Xun Zi
Inti ajarannya ajarannya adalah Tao. Dengan kehidupan yang baik,
manusia menjadikan Tao itu luhur dan mulia. Kebaikan hidup dapat dicapai
melalui perikemanusiaan.
Ad 2. Taoisme
Taoisme diajarkan oleh Lao Tse (guru tua). Ia menentang ajaran
Konfusius. Manusia harus menarik diri dari peradaban dan kembali ke
alam. Itulah sebabnya jalan pemikiran taoisme disebut naturalistik.
Para penganut Taoisme memendang alam sebagai tempat mereka menarik
diri, mencita-citakan hidup yang sederhana dengan inti ajaran wu wei.
Ad 3. Mohisme
Didirikan oleh Mo Tse. Aliran ini bersifat Utilitarian dan pragmatis,
artinya baik buruknya sesuatu tindakan bergantung pada pertimbangan
untung rugi. Yang memberikan keuntungan itu baik, yang merugikan itu
jahat.
Inti ajaranya : Untung adalah apa yang orang ingin miliki ; rugi adalah apa yang orang tak ingin miliki.
Ad 4. Legalisme
Legalisme
menekankan sopan santun, keadilan, kejujuran, dan penguasaan diri. Kaum
Legalis mendukung pemerintahan yang kuat, Otokratis, dan menggunakan
Hukum yang kuat.
Aliran ini mengajarkan bahwa kekuasaan politik tidak harus dimulai
dengan contoh yang baik oleh kaisar atau pembesar lain, tetapi dari
suatu sistem Undang-undang yang sangat ketat.
Ad 5. Aliran Yin Yang
Aliran ini mengajarkan tentang adanya prinsip Yin (betina) dan Yang
(jantan) sebagai dua prinsip dalam alam. Interaksi antara Yin dan Yang
itulah yang menimbulkan perubahan di alam semesta.
Yin adalah prinsip pasif, prinsip ketenangan, surga, bulan, air, simbul
untuk kemaatian dan untuk yang dingin, sedangkan Yang adalah prinsip
aktif, prinsip gerak, bumi, matahari, api adalah simbul untuk hidup.
Ad. 6 Aliran Nama-nama (sofisme)
Aliran Nama-nama disebut juga Ming Chia. Mereka menyibukkan diri dengan
analisa istilah-istilah dan kata-kata. Disebut juga sekolah Dialektik. Aliran
ini dapat dibandingkan dengan aliran Sofisme dalam filsafat Yunani.
Ajaran mereka digunakan untuk menganalisa dan mengkritik dalam kaitan
dengan masalah kebahasaan.
2. Zaman Neo Taoisme dan Budhisme
Pada
abad 3 BC – 10 AD Cina disusupi unsur kebudayaan asing, Budhisme dari
India. Setelah bercampur dengan Taoisme Cina, berkembang subur dan
membayang-bayangi Konfusianisme. Pertemuan antara Budhisme dan Taoisme
melahirkan aliran Chan (di Jepan dikenal Zen)
Sintesa
antara Budhisme dari India dengan Taoisme dari Cina dinamakan Neo
Taoisme. Para pengikutnya berusaha untuk meditasi , mengidentifikasi
budi individu dengan budi semesta. Jadi lewat meditasi dicapai kesatuan
antara budi individu dan budi semesta.
3. Zaman Neo Konfusianisme
Neo
Konfusianisme merupakan ringkasan dari etika, moral, dan kepercayaan
dari kepercayaan masa lampau dan tetap berpegang pada semangat zaman
itu. Neo Konfusianisme memuat prinsip-prinsip Konfusiani dalam bentuk
baru dicampur unsur Budhisme. Pusat filsafat Neo Konfusianisme adalah Li
(pikir).
4. Zaman Modern ( 1900 AD – Sekarang)
Pada periode ini ada tiga tendensi dalam filsafat Cina, yaitu :
Pengaruh filsafat barat
Kecenderungan untuk kembali kepada filsafat pribumi
Dominasi filsafat dan pemikiran Karl Marx, Lenin, dan Mao Tse Tung
D. Kesimpulan Umum
Dalam membicarakan tentang filsafat Cina, ada tiga thema utama yang terdapat dalam filsafat Cina, yaitu :
Harmoni : antara manusia dengan sesama, antara manusia dengan alam, antara manusia dengan surga
Toleransi : tampak pada keterbukaan sikap terhadap pendapat yang berbeda.
Kemanusiaan : manusia merupakan pusat pemikiran filsafat Cina. Manusia mengejar kebahagiaan di dunia dengan mengembangkan diri dalam interaksi dengan alam dan sesama.
Filsafat Barat Zaman Modern
A. Pendahuluan
Filsafat
klasik bersifat kosmosentris, filsafat pertengahan bersifat Teosentris,
sedangkan filsafat modern bersifat Anthroposentris. Di zaman Yunani
klasik, pusat perhatian filsafat adalah pertanyaan apa yang merupakan
unsur pertama kosmos. Pada abad pertengahan Allah diakui sebagai
pencipta alam semesta. Sedang pada zaman Modern yang menjadi pusat
pergulatan filosofis adalah manusia itu sendiri. Pada pembahasan
selanjutnya yang akan dibahas adalah filsafat zaman modern yang membahas
tentang manusia itu sendiri.
B. Renaissance
Kata ini berasal dari bahasa Perancis yang berarti kelahiran kembali.
Maksudnya usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi
Klasik. Dalam sastra lahirlah Humanisme, yang juga mencari inspirasinya
pada sastra Yunani dan Romawi.
Renaissance ditandai oleh kelahiran kembali di berbagai ilmu seperti
sastra, kesenian, filsafat, dan Ilmu Pengetahuan. Ilmu Pengetahuan Alam
berkembang sangat pesat berdasarkan metode Eksperimental.
Nicolas Copernicus, Johannes Kepler, dan Galileo Galilei adalah contoh
ilmuwan yang membawakan wawasan baru dengan penemuan-penemuan penting.
Copernicus berdasrkan penyelidikannya, mengemukakan bahwa pandangan
Geosentris yang dianggap benar selama berabad-abad sebelumnya ternyata
salah. Menurut Copernicus, bukan bumi yang menjadi pusat jagad raya,
melainkan matahari. Galileo Galilei kemudian memperkuat teori Copernicus
tentang Heliorsentris.
Di bidang Fisika, peletak dasar filsafat zaman Renaissance adalah
Francis Bacon (1561 AD – 1623 AD) seorang filsuf dari Inggris.
C. Filsafat Abad XVII
Aliran besar filsafat yang muncul dan berkembang pada abad XVII yaitu Rasionalisme dan Empirisme
Ad 1. Rasionalisme
Rasionalisme adalah faham yang mengajarkan bahwa satu-satunya sumber pengetahuan yang benar adalah rasio (akal/budi). Tokoh penting dari aliran ini adalah Blaise Pascal, Spinosa, Leibniz, dan Rene Descartes.
Rene Descartes dijuluki sebagai Bapak Filsafat Modern. Ucapannya yang terkenal adalah Cogito Ergo Sum (aku berpikir maka aku ada). Descartes mengatakan bahwa segalanya harus disangsikan secara
radikal dan tidak boleh diterima begitu saja. Kalau suatu kebenaran
tahan terhadap kesangsian (artinya tidak disangsikan lagi), itulah
kebenaran yang sesungguhnya dan harus menjadi fondamen bagi ilmu
pengetahuan.
Ad 2. Empirisme
Empirisme mengajarkan bahwa hanya pengalaman (lewat indra) merupakan
sumber pengetahuan yang benar. Jadi Empirisme bertolak belakang dengan
ajaran Rasionalisme. Tokoh penting dari aliran ini adalah Thomas Hobbes
dan John Locke.
D. Filsafat Abad XVIII (Aufklaerung)
Aufklaerung
yang berarti pencerahan (enlightment : Eng). Dinamakan demikian karena
pada periode ini manusia mencari cahaya dalam rasionya. Keadaan periode
sebelum ini sering diumpamakan dengan keadaan belum akil baliq, dimana
manusia kurang menggunakan kemampuan akal budinya. Pada masa ini orang
tidak mau tunduk lagi pada otoritas agama (gereja). Mulai berkembang
pemikiran-pemikiran bebas.
Tokoh-tokoh terpenting pada filsafat pencerahan adalah George Berkeley
dan David Hume (Inggris), Voltaire dan JJ Rousseau (Perancis) dan
Immanuel Kant (Jerman). Filsuf paling penting pada period ini adalah
Immanuel Kant.
Kant berusaha mendamaikan pandangan Rasionalisme dan Empirisme. Menurut
Kant peran akal dan pengalaman sama pentingnya dalam proses mengetahui.
Akal budi dinamakan unsur Apriori, sedangkan pengalaman dinamakan unsur Aposteori.
Kant mengatakan bahwa pengetahuan merupakan sintesa antara akal budi
dan pengalaman. Akal budi tidak dapat dipercaya begitu saja, demikian
pula pengalaman.
Kita mengalami bahwa indra seringkali menipu. Kita melihat bahwa
matahari sebagai sebuah benda langit bercahaya yang kecil. Padahal dalam
kenyataannya matahari adalah benda angkasa yang sangat besar. Oleh
karena itu hasil pengamatan indra harus diteguhkan oleh akal budi.
E. Filsafat Abad XIX
1. Positivisme
Aliran ini berpandangan bahwa manusia tidak pernah mengetahui lebih
dari fakta-fakta. Manusia tidak pernah mengetahui sesuatu dibalik fakta.
Oleh karena itu menurut Positivisme tugas ilmu pengetahuan dan filsafat
adalah menyelidiki fakta-fakta, dan bukan menyelidiki sebab-sebab
terjadinya fakta. Dengan demikian Positivisme menolak Metafisika.
Tokoh terpenting Positivisme adalah Auguste Comte, John Stuart Mill, dan Herbert Spencer.
1. Materialisme
Aliran
ini berpandangan bahwa seluruh realitas terdiri dari materi. Artinya
setiap benda atau peristiwa dapat dijabarkan kepada materi atau salah
satu proses materiil. Tokoh terpenting dalam aliran ini adalah Feurbach,
Karl Marx, Freidrich Engel.
Menurut
Marx, titik akhir sejarah adalah keadaan ekonomi tertentu, yakni
Komunisme. Dimana milik pribadi diganti dengan milik bersama. Baru pada
kondisi seperti itulah manusia mencapai kebahagiaan. Arah ini adalah
suatu keharusan, suatu yang mutlak, tak dapat diubah dengan cara apapun.
Dan manusia dapat mempercepat proses dengan melakukan revolusi.
Naturalisme, Idealisme, Realisme,dan Pragmatisme
Secara kronologis Filsafat dibagi atas empat tipe, yaitu Naturalisme, Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme
A. Naturalisme
• Ini adalah aliran yang paling tua.
• Naturalisme berpendirian bahwa “kenyataan” yang sebenarnya adalah alam semesta fisik ini
• Naturalisme tidak mengakui adanya kenyataan spiritual atau supranatural
• Segala sesuatu berasal dari alam, dan tiada sesuatupun yang terdapat di balik alam.
B. Idealisme
• Peletak dasar Idealisme adalah Plato
• Plato percaya bahwa ide adalah realitas yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada yang dapat dikenal lewat panca indera
• Ide itu bersifat objektif
• Ide itu mandiri, sempurna, abadi, dan tidak berubah-ubah.
C. Realisme
Peletak dasar aliran ini adalah Aristoteles
• Menurut Realisme, pengetahuan adalah perpaduan antara jiwa dan benda atau objeknya.
• Maka menurut realisme, pengalaman merupakan sesuatu faktor yang sangat penting
D. Pragmatisme
• Aliran yang paling muda menurut perkembangan historisnya
• Pragmatisme selalu meletakkan “Kegunaan” di atas segala-galanya
• Segala sesuatu itu berarti dan benar apabila akibat-akibatnya mampu menunjukkan kegunaan yang nyata
0 komentar:
Posting Komentar