RESUME BUKU
EVALUASI
PROGRAM PEMBELAJARAN
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Sistem Evaluasi PAI II
Yang diampu oleh Bapak H. Muhammad
Fakhrurronji, M.Pd.
Oleh :
Nama
: Samsul Majid
NIM :
10910261
Semester :
V (lima)
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM WALI SEMBILAN
SEMARANG
2012
BAB I
KONSEP EVALUASI PROGRAM
PEMBELAJARAN
A.
Pengertian
Evaluasi Program
1. Konsep Dasar
Evaluasi
Ada tiga istilah yang sering
digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran dan penilaian. Tes
merupakan salah satu cara untuk menaksir
besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons
seseorang terhadap stimulus atau pernyataan ( Djemari Mardapi, 2008:67).
Pengukuran dapat didefinisikan
sebagai process by which information
about the attributes or characteristics of thing are determinied and
differentiated (Oriondo, 1998:2). Sedangkan evaluasi merupakan suatu proses
informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan
jasa dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu
pertanggungjwaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Wujud dari hasil evaluasi adalah adanya
rekomendasi dari evaluator untuk pengambilan keputusan. Menurut suharsimi
arikunto dan cepi safruddin (2008:22) ada empat kemungkinan kebijakan yang
dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu :
1.
Menghentikan
program
2.
Merevisi
program
3.
Melanjutkan
program
4.
Menyebarkan
program
Evaluasi ada yang bersifat makro dan ada
yang bersifat mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program
pendidikan, yaitu program yang direncanakan untuk memperbaiki bidang
pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di tingkat kelas. Jadi sasarannya
adalah program pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah
guru untuk sekolah dan dosen untuk perguruan tinggi (Djemari Mardapi, 2000:2).
2.
Program Pembelajaran
Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin (2008:3-4) ada dua pengertian
untuk istilah “program”.yaitu pengertian secara khusus dan umum. Sssecara umum
program diartikan sebagai rencana, sedangkan menurut makna khusus adalah suatu
unit atau kesatuan kegiatan yang
merupakan relisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam
program yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang
melibatkan sekelompok orang.
Di
dalam buku yang lain Suharsimi ( 2008: 291) mendefinisikan program
sebagai sesuatu kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Sedang Farida Yunus
Tayibnapis (2000:9) mengartikan program sebagai segala sesuatu yang dicoba
lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Dalam buku ini program diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang
direncanakan dengan seksama dan pelaksanaannya berlangsung dalam suatu
organisasi yang melibatkan banyak orang.
Evaluasi program menurut Joint Committe on Standars for Educational
Evaluation (1981:12) Program evaluation
that asses educational activities which probide service on a continuing basis
and often involve curricular offerings. Program yang yang dibuat guru tidak
selamanya efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik,maka diperlukan evaluasi
pembelajaran yang dapat mengetahui kelemahan yang terjadi dan tidak terjadi
lagi.
B.
Kegunaan
Evaluasi Program Pembelajaran
kegunaan
utama evaluasi program pembelajaran yaitu :
1.
Mengomunikasikan
Program kepada Publik
2.
Menyediakan
informasi bagi pembuat keputusan
Penyediaan
informasi bagi pembuatan keputusan dapat dikelompokan menjadi tiga macam,
menurut tujuanya, yaitu :
a.
Menunjang
pembuatan keputusan tentang perencanaan atau penyusunan program pembelajan
berikutnya.
b.
Menunjang
pembuatan keputusan tentang kelangsungan atau kelanjutan program pembelajaran.
c.
Menunjang
pembuatan keputusan tentang modifikasi program.
3.
Penyempurnaan
program yang ada
4.
Meningkatkan
Partisipasi
C.
Objek
Evaluasi Program Pembelajaran
obyek atau sasaran evaluasi program
pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1)
evaluasi
masukan pembelajaran yang menekankan pada
penilaian karakteristik peserta didik,
kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran.
2)
Evaluasi
proses pembelajaran menekankan pada penilaian pengelolaan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh pembelajar.
3)
Penilaian
hasil pemebelajaran untuk mengukur hasil
belajar siswa dengan menggunakan tes maupun nontes. Lalu ada dua aspek yang
mencakupnya yaitu, aspek marjinal tentang implementasi pembelajaran dan aspek
subtansial tentang hasil belajar siswa.
Dalam konsep manajemen mutu, menurut
Sudarwan Danim (2007:12-13) mutu pendidikan dilihat dari empat perspektif ,
yaitu masukan, proses, luaran atau prestasi belajar dan dampak atau utilitas
lulusan.
Berdasarkan beberapa asumsi dan pendapat
diatas, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa objek evaluasi program
pembelajaran yang pokok harus mencakup dua hal :
1.
Aspek
manajerial, yaitu implementasi rancangan pembelajaran yang telah disusun oleh
guru dalam bentuk proses pembelajaran.
2.
Aspek
substansial yaitu hasil belajar siswa setelah mengikuti serangkaian proses
pembelajaran yang dirancang oleh guru.
D.
Evaluasi
Proses Pembelajaran
1.
Sasaran
Sasaran evaluasi proses
pembelajaran adalah pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran untuk memperoleh
pemahaman tentang kinerja guru selama dalam pembelajaran.
2.
Tahapan
Pelaksaan Evaluasi
Tahapan Pelaksaan
Evaluasi proses pemebelajaran adalah penentuan tujuan, menentukan desain
evaluasi, pengembangan istrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis
dan interprestasi dan tindak lanjut.
a)
Menentukan
Tujuan
Tujuan
evaluasi proses pembelajaran dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau
pertanyaan.
b)
Menentukan
Desain Evaluasi
Desain
evaluasi proses pembelajaran mencakup rencana evaluasi proses dan pelaksanaan
evaluasi
c)
Menyusun
Istrumen Penilaian
Istrumen
penilaian proses pembelajaran untuk memperoleh informasi deskriptif atau
informasi juggemental dapat terwujud.
d)
Pemgumpulan
Data
Pemgumpulan
data atau Informasi dilaksanakan secara objektif dan terbuka agardiperoleh
informasi yang dipercaya dan bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran.
e)
Analisis
dan Interprestasi
Analisis
dan interprestasi dilaksanakan segera setelah data atau informasi terkumpul
f)
Tindak
Lanjut
Tidak
lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan interprestasi.
E.
Evaluator
Program Pembelajaran
Ada dua macam yaitu evaluator dari dalam
dan evaluator dari luar, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya.
Evaluator dari dalam mempunyai kelebihan memahami betul program yang akan
dievaluasi dan tepat pada sasaran, sedangkan kekurangannya jika pelaksanaannya
terburu-buru akan mendapatkan hasil yang tidak sempurna. Evaluator dari luar
merupakan orang yang tidak terkait dari implementasi program yang memiliki
kelebihan, dapat bertindak secara efektif selama evaluasi dan mengambil
kesimpulan sedangkan kekurangannya, orang yang dari luar tersebut belum
memahami tentang program pembelajaran yang akan dievaluasi sehingga terjadi
pemborosan waktu dan biaya untuk
membayar evaluator tersebut.
BAB II
PENILAIAN HASIL BELAJAR
A.
Hasil
Pembelajaran
Dalam pembelajaran ada dua aspek yaitu
siswa dan guru, dari proses pembelajaran dibedakan menjadi dua yakni output
dan outcome. Output merupakan kecakapan yang dikuasai siswa
setelah mengikuti pembelajaran atau hasil pembelajaran siswa. Output
dibedakan lagi menjadi hard skills dan soft skills. Hard
skills merupakan kecakapan yang relatif lebih mudah untuk pengukuran.
Hard skills dibedakan menjadi dua yaitu kecakapan akademik (academic
skills) dan kecakapan vokasional (vocational skills). Kecakapan
akademik mencakup bidang ilmu yang dipelajari misalnya menghitung, menguraikan,
menganalisis, mendeskripsi, dan hal lainnya yang menyangkut ilmu bidang
pengetahuan. Sedangkan kecakapan vokasionalis sering disebut juga kecakapan
kejujuran, yaitu tentang bidang pekerjaan tertentu misalnya seni dan bidang
tertentu lainnya. Soft skills merupakan strategi yang diperlukan untuk
meraih kesuksesan hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Soft skills
dibedakan menjadi dua, yaitu kecakapan personal (personal skills) dan
kecakapan sosial (social skills). Kecakapan personal digunakan untuk
memudahkan beradaptasi pada siswa dan hal personal lainnya sedangkan kecakapan
sosial untuk kehidupan bermasyarakat terutama dalam persaingan yang ada.
B.
Pengertian
Penilaian
Penilaian
(asessment) hasil belajar merupakan komponen penting dalam kegiatan
pemebelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh melalui
peningkatan kualitas sistem penilaiannya. Menurut Djemari Mardapi (2008:5)
kualitas pembelajaran dpat dilihat dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian
yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik
dan motivasi prestasi didik untuk belajar yang lebih baik.
Tes merupakan salah satu cara untuk
menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui
respon seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan ( Djemari Mardapi, 2008:67).
Menurut Chittenden (Djemari Mardapi,
2008:6) kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran perlu diarahkan pada empat
hal :
a.
Penelusuran,
untuk menelusuri apakah proses pembelajaran telah berlangsung sesuai yang
direncanakan atau tidak.
b.
Pengecekan,
untuk mecari informasi apakah terdapat kekurangan pada peserta didik selama
proses pembelajaran.
c.
Pencarian,
untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul selama proses
pembelajaran berlangsung.
d.
Penyimpilan,
untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian belajar yang telah dimiliki oleh
peserta didik.
C.
Fungsi
Penilaian dalam Pendidikan
Ada beberapa fungsi penilaian dalam
pendidikan, baik tes maupun nontes. Diantara fungsi penilaian tersebut adalah:
1.
Dasar
mengadakan seleksi yakni untuk keputusan
orang yang akan diterima atau tidak dalam suatu proses, misalnya dalam
penerimaan murid baru, dan kenaikan kelas siswa,
2.
Dasar
penempatan untuk
mengetahui di kelompok mana seorang siswa ditempatkan, digunakan penilaian
misalnya seorang siswa yang mempunyai nilai yang sama akan dikelompokkan dengan
kelompok yang sama dalam belajar,
3.
Diagnostik
untuk guru mengetahui tentang kelebihan
dan kekurangan serta kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran, dengan itu
akan mudah diketahui cara mengatasinya,
4.
Umpan
balik merupakan hasil suatu pengukuran skor
tes tertentu yang dapat digunakan sebagai umpan balik, agar guru berusaha untuk
memberi semangat kepada siswa,
5.
Menumbuhkan
motivasi belajar dan mengajar, memberikan
semangat kepada siswa yang mempunyai hasil tes yang kurang baik serta
memberikan motivasi pada saat pembelajaran,
6.
Perbaikan
kurikulum dan program pendidikan
, perbaikan ini baik untuk mengetahui
nilai siswa sehingga dapat memperbaiki segala kekurangan yang ada pada saat
pembelajaran,
7.
Pengembangan
ilmu, ini tergantung dari hasil tes siswa
dan pengembangan pendidikan ilmu sangat penting sekali agar hasil tes siswa
lebih baik.
D.
Pentingnya
Penilaian Hasil Belajar
Menurut Suharsimi (2008: 6-8) guru
maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa
karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan penilaian hasil
belajar mempunyai makna yang penting, baik bagi siswa, guru maupun sekolah.
Adapun makna penilaian bagi ketiganya sebagai berikut:
Makna bagi siswa
ada dua kemungkinan yaitu memuaskan, jika memperoleh nilai yang baik, dan tidak
memuaskan karena memperoleh nilai yang tidak memuaskan. Makna bagi guru
berdasarkan hasil nilai yang diperoleh, guru mengetahui siswa mana
yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya, karena sudah mencapai krerteria
ketuntasan minimal (KKM) sudah tersampaikan dengan baikkah materi pembelajaran,
dan mengetahui strategi pembelajaran yang digunakan sudah mencapai sasaran atau
belum. Makna bagi sekolah, dapat mengetahui bagaimana hasil
belajar siswa, sekolah sudah memenuhi standar atau belum, informasi yang
diperoleh dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk menyusun program
pendidikan disekolah untuk masa yang akan datang.
E.
Ciri-ciri
Penilaian dalam Pendidikan
Menurut
Suharsimi Arikunto (2008:11-18) ada lima ciri penilaian pendidikan, yaitu :
penilaian dilakukan secara tidak langsung menggunakan ukuran kuantitatif,
menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap, bersifat relatif, dan
dalam penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan.
1.
Penilaian
dilakukan secara tidak langsung
Sebagai
contoh untuk mengukur sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS, kita dapat
mengukur dari indikator / gejala yang tampak (observable indicator).
2.
Menggunakan
ukuran kuantatif
Penilaian
Pendidikan bersifat kuantitatif, artinya menggunakan simbol bilangan sebagai
hasil pertama pengukuran. Setelah itu di interprestasikan ke bentuk
kualitatif.
3.
Menggunakan
unit atau satuan yang tetap
4.
Bersifat relatif
Artinya
hasil penilaian untuk objek yang sama dari waktu ke waktu dapat mengalami
perubahan karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhinya.
5.
Dalam
penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan.
Adapun
sumber kesalahan (error) tersebut dapat ditinjau dari berbagai faktor :
a.
Alat
Ukurnya
b.
Orang
yang melakukan Penilaian
c.
Anak
yang dinilai
d.
Situasi
pada saat penilain berlangsung
BAB III
INSTRUMEN TES
A.
Pengertian
Tes
Tes merupakan salah satu alat untuk
melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik
suatu objek. Tes merupakan bagian tersempit dari penilaian. Menurut Djemari (
2008:67) tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan
seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap
stimulus atau pertanyaan. Tes juga dapat
diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan
tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aaspek tertentu
dari orang yang dikenai tes.
B.
Bentuk-bentuk
Tes
Bentuk tes yang digunakan dilembaga
pendidikan di lihat dari sistem penskorannya dapat dikata gorikan menjadi dua,
yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif memberi pengertian bahwa
siapa saja yang memeriksa lembaran jawaban tes akan menghasilkan skor yang
sama. Skor tes ditentukan oleh jawaban
yang diberikan oleh peserta tes. sedangkan tes subjektif adalah tes yang
penyekorannya dipengaruhi oleh yang memberi skor. Jawaban yang sama dapat
memiliki skor yang berbeda oleh pemberi skor yang berlainan. Diantara
subjektivitas yang dapat memengaruhi hasil penyekoran hasil tes di antaranya
adalah :
a.
Ketidak
Konsistenan Penilai
b.
Hallo
Effect
c.
Pengaruh
Urutan Pemeriksaan
d.
Pengaruh
Bentuk Tulisan dan Bahasa.
C.
Tes
Objektif
Pengertian
tes objektif dalam hal ini adalah nemtuk tes yang mengandung kemungkinan jawab
atau respon yang harus dipilih oelh peserta tes. Dengan demikian skor hasil tes dapat
dilakukan secara objektif.
a.
Kelebihan
Tes Objektif
1)
Lebih
representatif mewakili isi dan luas halaman
2)
Lebih
mudah dan cepat cara memeriksanya
3)
Pemeriksaanya
dapat diserahkan pada orang lain
4)
Dalam
pemeriksaan tidak ada unsur subjektif
b.
Kelemahan
Tes Objektif
1)
Membutuhkan
persiapan yang lebih sulit
2)
Butir-butir
soal cenderung mengungkap ingatan kembali
3)
Banyak
kesempatan bagi siswa untuk spekulasi
4)
Kerjasama
antara siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka
c.
Cara
mengatasi kelemahan
1)
Banyak
berlatih menyusun soal tes secara terus menerus
2)
Menggunakan
tabel spesifikasi
3)
Menggunakan
norma penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan
Secara Umum ada tiga tipe tes objektif,
yaitu :
a.
Benar
salah ( true false)
b.
Menjodohkan
(matching)
c.
Pilihan
Ganda (multiple choice)
D.
Tes
Subjektif
Tes
subjektif, pada umumnya berbentuk uraian (esai). Tes bentuk uraian adalah butir
soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal
tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes (
Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution. 2005:37).
Ciri-ciri
pertanyaan didahului dengan kata-kata seperti: uraikan, jelaskan, bandingkan,
mengapa, bagaimana, simpulkan dan sebagainya ( suharsimi Arikunto. 2008:162).
Berdasarkan
tingkat kebebasan peserta tes untuk menjawab soal tes uraian, secara umum tes
uraian dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu :
a.
Tes
Uraian Bebas ( Extended Response Test )
b.
Tes
Uraian Terbatas ( Restricted Response Test)
E.
Pengembangan
Tes
Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh
dalam mengembangkan tes hasil belajar (Djemari Mardapi. 2008: 88-97).
Kesembilan langkah tersebut adalah:
1)
Menyusun
spesifikasi tes
Langkah
awal dlam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes, yaitu yang
berisi uraian yang menunjukan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki
suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan :
a.
Menentukan
Tujuan tes
b.
Menyusun
kisi-kisi tes
c.
Memilih
bentuk tes
d.
Menentukan
panjang tes
2)
Menulis soal tes
Menentukan
soal dilakukan setelah langkah pertama yaitu menyusun spesifikasi tes
dilakukan. Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada
kisi-kisi yang telah dibuat.
3)
Menelaah
soal tes
Hal ini perludilakuakn untuk memperbaiki soal jika
ternyata dalam pembutannya masih ditemukan kekurangan dan kesalahan telah
dipersiapkan dengan baik.
4)
Melakukan
uji coba tes
Uji coba ini dapat digunakan sebagai sarana
memperoleh data empirik yang tingkat kebaikan soal yang telah disusun.
5)
Menganalisis
butir soal tes
6)
Memperbaiki tes
7)
Merakit
tes
8)
Melaksanakan
tes
9)
Menafsirkan
hasil tes
F.
Karakteristik
Tes yang Baik
Suharsismi Arikunto (2008: 57-62)
menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi lima syarat
yaitu:
1)
Validitas
merupakan ketepatan, tes yang sebagai alat ukur dikatakan valid jika tes
itu tepat pada hasil belajar dan akan menghasilkan yang valid pula.
2)
Reliabilitas,
jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak terpengaruh oleh apapun.
3)
Objektifitas
berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhinya, tidak ada unsur
subjektifitas yang mempengaruhi tes tersebut.
4)
Praktikabilitas,
tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan tidak mengecoh. Mudah
pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan dilengkapi dengan petunjuk sehingga dapat
diberikan kepada orang lain.
5)
Ekonomis,
bahwa pelaksanaan tes tidak membutuh biaya yang mahal dan tidak membuang waktu.
BAB IV
INSTRUMEN NON TES
Instrumen untuk memperoleh informasi
hasil belajar non-tes terutama digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
berkenaan dengan soft skills dan vocational skills, terutama yang
berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik
dari pada apa yang di ketahui atau dipahaminya.
Dengan demikian instrumen non-tes
merupakan bagian dari alat ukur hasil belajar peserta didik. Instrumen non tes
yang umum digunakan dalam menilai hasil belajar antara lain, participation
charts, checking lists, rating scale, dan attitude scales. ( Asmawi
Zaenul dan Noehi Nasution. 2005:102).
A.
Bagan
Partisipasi (participation charts)
Salah satu tujuan yang ingin dicapai
dalam proses pembelajaran adlah keikutsertaan peserta didik secara suka rela
dalam kegiatan pembelajaran.
Partisipasi peserta didik dalam suatu
proses pembelajaran harus diukur karena memiliki informasi yang sangat kaya
tentang hasil belajar yang bersifat nonkognitif. Participation charts dapat
menjelaskan hasil belajar yang lebih bersifat afektif, yaitu keinginan untuk
ikut serta. Instrumen ini terutama berguna untuk mengamati kegiatan diskusi
kelas. Participation charts belum cukup untuk menarik kesimpulan yang
memadai. Untuk itu haruslah dipakai bersama-sama dengan instrumen lain.
B.
Daftar
Cek (checking lists)
Check list
pada dasarnya mempunyai kemiripan bentuk dengan rating scale.
Perbedaanya adalah dalam esensi dan penggunaanya. Dalam rating scale esensinya adalah untuk menentukan drajat atau peringkat
dari suatu unsur komponen, trait, karakterisrik atau orang, baik dalam
bandinganya suatu kriteria tertentu maupun dibandingkan dengan anggota kelompok
yang lain.
Checking lists sangat
bermanfaat untuk mengukur hasil belajar, baik yang berupa produk maupun proses
yang dapat diperinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil, terdefinisi
secara operasional dan sangat spesifik. Checking lists terdiri dari dua
komponen, yaitu komponen yang akan diamati dan tanda yang menyatakan ada atau
tidaknya komponen tersebut selama observasi. Kelebihan checking lists adalah
sangat fleksibel untuk mengecek kemampuan untuk semua jenis dan tingkat hasil
belajar serta semua mata pelajaran. Mutu check list akan tergantung pada kelengkapan dan kejelasan
komponen yang dinyatakan dalam daftar untuk bidang dan jenis untuk menandai ada atau tidaknya
komponen tersebut dalam tingkah laku peserta didik yang diamati.
C.
Skala
Lajuan (rating scale)
Pengertian rating scale adalah instrumen pengukuran non-tes yang
menggunakan suatu prosedur terstuktur untuk memperoleh informasi tentang suatu
yang diobservasi yang menyatakan posisi tertentu dalam hubunganya dengan yang
lain (Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution. 2005:112).
Rating scale
terdiri dari dua bagian, yaitu pernyataan tentang kualitas keberadaan sesuatu
dan petunjuk penilaian tentang pernyataan tersebut. Ada empat tipe rating
scale , yaitu numerical rating scale, descriptive graphic rating scale,
rangking method rating scale, dan paired comparisons rating scale. Dari
empat tipe tersebut, numerical rating scale dan descriptive graphic
rating scale paling banyak digunakan.
D.
Skala
Sikap
Untuk dapat memahami pengukuran sikap,
pertama-tama harus dikusai pengertian sikap. Johson & Johson (2002:168)
mengartikan sikap sebagai: “ an attitude is a positive or negative reaction
to a person, object, or idea”.
Untuk menilai sikap seseorang terhadap
objek tertentu dapat dilakukan dengan melihat respons yang di teramati dalam
mengjadapi objek yang bersangkutan. Respos seseorang dalam menghadapi suatu
objek menurut Eagly & Chaiken (1993:10) dapat dibedakan menjadi tiga yaitu,
cognitive response, affective response dan behavioral response.
Ada beberapa bentuk skala sikap, antara
lain:
a)
Skala
Likert
Prinsip
pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu
kontinum sikap terhadap objek sikap,
mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif.
b)
Skala
Thurstone
Skala
Thurstone merupakan skala mirip descriptive grapic rating scale karena
merupakan suatu istrumen yang responsnya dengan memberi tanda tertentu pada
suatu kontinum baris.
c)
Skala
Guttman
Skala
ini berupa sederetan pernyataan oponi tentang suatu objek secara terurutan.
Respons diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang pernyataan itu (setuju
atau tidak setuju).
d)
Semantic
Differential
Instrumen yang disusun oleh Osgood dan
kawan-kawan ini mengukur konsep-konsep tida dimensi. Skala ini tepat untuk mengukur
minat atau pendapat siswa mengenai suatu kegiatan atau topik dari suatu mata
pelajaran.
E.
Penilaian
Berbasis Portofolio
Penilaian berbasis portofolio merupakan
pendekatan baru yang akhir-akhir ini sering diperkenalkan para ahli pendidikan
untuk dilaksanakan di sekolah selain pendekatan penilaian yang telah lama
digunakan.
Portofolio biasanya karya pilihan dari
seorang siswa. Penentuan karya terpilih seorang siswa yang dianggap paling baik
ditentukan bersama siswa dan guru. Portofolio seorang peserta didik biasanya
memuat:
1)
Hasil
ulangan atau tes
2)
Tugas-tugas
terstruktur
3)
Catatan
perilaku harian para siswa
4)
Laporan
kegiatan siswa di luar sekolah yang menunjang pembelajaran
Penilaian
berbasis portofolio memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
a)
Perubahan
paradigma penilaian
b)
Bertanggung
jawab kepada siswa, orang tua dan masyarakat
c)
Melibatkan
orang tua
d)
Peserta
didik bisa menilai dirinya sendiri
e)
Fleksibel
Sedangkan
beberapa kekurangannya antara lain:
a)
Perlu
waktu relatif lama
b)
Reliabilitas
rendah
c)
Guru
berorientasi pada pencapaian hasil akhir
d)
Belum
ada kriteria penilaian baku
e)
Memerlukan
tempat penyimpanan yang memadai
Prinsip
dasar penilaian berbasis portofolio
Prinsip-prinsip dasar penilaian dimaksud
adalah penilaian proses dan hasil, penilaian berkala dan berkelanjutan serta
penilain yang adil. Prinsip-prinsip dasar penilaian ada tiga di antaranya,
adalah :
a)
Prinsip
Penilaian Proses dan Hasil
b)
Prinsip
Penilaian Berkala dan Berkelanjutan
c)
Prinsip
Penilaian yang Adil
BAB
V
VALIDITAS DAN
RELIABILITAS
Kegiatan menilai dapat diibaratkan
kegiatan memotret. Dalam memotret memerlukan alat potrenya. Data yang baik
adalah data yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya dan data tersebut
bersifat tetap, ajek atau dapat dipercaya. Dan data yang sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya disebut data yang valid.
A.
Validitas
Instrumen
Instrumen dikatakan valid apabila
instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan
kata lain validitas berkaitan dengan ‘ketepatan” dengan alat ukur. Dengan
istrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid pula. Atau dapat juga
dikatakan bahwajika data yang dihasilkan dari sebuah istrumen, maka istrumen
itu juga valid.
Validitas instrumen secara garis besar
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1)
Validitas
Internal
Validitas
internal, disebut juga validitas logis. Instrumen yang memenuhi syarat valid
berdasarkan penalaran. Validitas intrernal dibedakan menjadi dua, yaitu :
a)
validitas
isi
Sebuah
tes dikatakan memiliki validitas isi jika dapat mengukur tujuan khusus tertentu
yang sejajar dengan materi / isi pelajaran. Berkaitan dengan sejauh mana tes
mencakup keseluruhan materi / bahan yang ingin diukur.
b)
validitas
konstruk.
Sedangkan
sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruk bila butir-butir soal mengukur
sejauh mana instrumen mengukur konsep dari suatu teori.
2)
Validitas
eksternal
disebut
juga validitas empiris validitas yang kreteria validitasnya didasarkan pada
kriteria yang ada pada istrumen itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka
validitas eksternal dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a)
Validitas
Kesejajaran
Istrumen
dikatakan validitas sejajaran apa bila hasilnya sesuai dengan kriteria yang
sudah ada.
b)
Validitas
Prediksi
Memprediksi
artinya mempirkirakan / meramal mengenai hal yang akan terjadi pada masa yang
akan datang. Sebuah istrumen dikatakan memiliki validitas prediksi apabila
mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan
datang mengenai hal sama.
3)
Cara
Mengetahui Validitas Istrumen
Cara
yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan mengorelasikan hasil
pengukuran dengan kriteria. Kriteria yang digunakan sebagai patokan untuk
menilai validitas sebuah istrumen pengukuran dapat berupa hasil tes yang sudah
terstandar atau catatan dilapangan tentang sesuatu yang diukur.
4)
Validitas
Butir Istrumen
Suatu
butir istrumen dikatakan valid apabila memiliki sumbangan yang besar terhadap
skor total. Dengan kata lain mempunya validitas yang tinggi jika skor pada
butir mempunya kesejajaran pada skor total.
B.
Rellabilitas
Instrumen
Alat ukur yang hasil pengukuranya
bersifat tetap dikatan alat ukur tersebut mempunya reabilitas yang baik.
Instrumen dikatakan reliabel jika
memberi hasil yang tetap apabila dites berkali-kali. Ada dua jenis
reliabilitas, yaitu :
1)
Reliabilitas
Eksternal
Untuk
menguji reliabilitas eksternal dapat digunakan metode bentuk paralel dan metode
tes berulang.
a)
Metode
bentuk Paralel
Metode
paralel dilakukan dengan cara menyusun dua istrumen yang hampir sama, kemudian
di uji cobakan pada kelompok responden yang sama kemudia hasil uji coba
tersebut di korelasikan dengan tehnik korelasi product moment.
b)
Metode
Tes Berulang
Metode
ini dilakukan untuk menghindari penyusunan instrumen dua kali.
2)
Reliabilitas
Internal
Teliabilitas
internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengumpulan
data. Berdasarkan sistem pemberian nilai, ada dua metode analisis reliabilitas
eksternal yaitu :
a)
Instrumen
Skor Diskrit
b)
Instrumen
Skor Nondiskrit
C.
Analisis
validitas dan reliabilitas Mengunakan Komputer
Analisis
validitas dan reliabilitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan komputer,
yaitu dengan program SPSS for Windows.
BAB VI
MODEL-MODEL EVALUASI
PROGRAM
Ada banyak model evaluasi yang
dikembangkan oleh para ahli yang dapat dipakai dalam mengevaluasi program
pembelajaran, diantaranya:
A.
Evaluasi
Model Kirkpatrick
Mencakup
empat level evaluasi, yaitu: (a) evaluasi reaksi, (b) evaluasi belajar, (c)
evaluasi perilaku, dan (d) evaluasi hasil. Memiliki kelebihan antara lain:
a)
lebih
komprehensif
b)
objek
tidak hanya hasil belajar
c)
mudah
diterapkan
memiliki
beberapa kekurangan, di antaranya:
a)
kurang
memerhatikan input
b)
mengukur
impact sulit
B.
Evaluasi
Model CIPP (Context, Input, Process and Product)
Digolongkan menjadi empat dimensi:
a)
Evaluasi
konteks
Evaluasi
konteks merupakan gambaran dan spesifikasi tentang lingkaran program, kebutuhan
yang belum dipenuhi, karakteristik populasi dan
sampel dari individu yang dilayani dan tujuan program
b)
Evaluasi
masukan
Membantu
mengukur keputusan menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang
diambil, apa rencana dan strategi untuk mecapai tujuan, bagaimana prosedur
kerja untuk mencapainya.
c)
Evaluasi
proses
Evaluasi
proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau
rancangan implementasi selama tahap implementasinya, menyediakan informasi
untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah
terjadi.
d)
Evaluasi
produk
Evaluasi
produk dari hasil evaluasi proses di harapkan dapat membantu pimpinan proyek
atau guru untuk membuatkan keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir
maupun modifikasi program.
C.
Evaluasi
Model Wheek dari Beebe
Terdiri dari beberapa tahap yang
berkaitan, yaitu analisis tugas pelatihan, perancangan tujuan, pengorganisasian
isi, penentuan metode, pemilihan staf pelatihan, penyelesaian rencana
pelatihan, pelatihan, dan penilaian pelatihan.
D.
Evaluasi
Model Provus (Discrepancy Model)
Dapat dilakukan dengan membandingkan
dengan apa yang seharusnya terjadi (standard) dengan apa yang sebenarnya
terjadi (performance) sehingga dapat diketahui ada tidaknya kesenjangan
(discrepancy) antara keduanya.
E.
Evaluasi
Model Stake (Countenance model)
Menekankan adanya dua dasar kegiatan
dalam evaluasi, yaitu description dan judgement dan membedakan
adanya tiga tahap dalam proses pendidikan, yaitu antecedent (context),
transaction (process), dan outcomes.
F.
Evaluasi
Model Brinkerhoff
Mengemukakan tiga golongan evaluasi
yaitu:
a)
Fixed
vs emergent evaluation design
b)
Formative
vs sumative evaluation
c)
Experimental
design vs naural / unobtrusive
Selain beberapa model di atas, Nana
Sudjana dan Ibrahim mengelompokkan model-model evaluasi menjadi 4 kelompok,
yaitu:
1.
Measurement
model
2.
Congruence
model
3.
Educational
system evaluation model
4.
Illuminative
model.
BAB VII
MODEL EVALUASI
KUALITAS DAN OUTPUT PEMBELAJARAN (MODEL EKOP)
A.
Hakikat Evaluasi Model Ekop
Evaluasi Model EKOP merupakan hasil penelitian hibah
bersaing yang sekaligus tugas akhir studi penulis di program S3 penelitian dan
Evaluasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta pada 2008. Model
Ekop merupakan hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan selama dua tahun.
Model tersebut telah diujicobakan sebanyak tiga tahap dengan subjek uji coba
berjumlah 736, terdiri dari kepala sekolah 5 orang, wakil kepala sekolah 5
orang, guru IPS 19 orang, siswa SMP 701 orang, mahasiswa S3 PEP 6 orang. Model
Ekop pada masa uji coba difokuskan pada program pembelajaran IPS di SMP, namun
demikian dalam implementasi berikutnya dapat dimodifikasi untuk semua mata
pelajaran di SLTP dan SLTA. Modifikasi dapat dilakukan pada : isi
instrumen kualitas pembelajaran dan output pembelajaran.
Model ini menggunakan metode pendekatan penilaian proses
dan hasil. Penilaian proses pembelajaran dalam hal ini disebut dengan penilaian
kualitas pembelajaran, sedangkan penilaian hasil pembelajaran dibatasi dengan
penilaian output pembelajaran, sehinggga nama model ini disebut dengan model
Evaluasi Kualitas dan Output Pembelajaran ( Model EKOP ). Model ini merupakan
modifikasi dari Kirkpartrick evaluation model dan model CIPP (Contex, Input,
Process, Product) dari Stufflebeam.
Implementasi Kirkpartrick evalution modeldalam bidang
program pembelajaran perlu dimodifikasi, modifikasi difokuskan pada dua hal,
yaitu :
1.
Level evaluasi. Evaluasi efektivitas program training dilakukan pada
seluruh level dari empat level yang ada, sedangkan pada model Ekop hanya dua
level yang digunakan, yaitu reaction dan learning.
2.
Cakupan evaluasi kualitas pembelajaran diperluas dibandingkan dengan level
reaction. Perluasan meliputi penambahan aspek yang dinilai, sehingga pada level
kualitas pembelajaran yang dinilai meliputi aspek : kinerja guru dalam kelas,
fasilitas belajar, iklim kelas, sikap siswa, dan motivasi belajar siswa.
B.
Kerangka Pikir Model Ekop
Evaluasi model Ekop disusun berdasarkan kerangkan pikir
bahwa untuk mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran, khususnya IPS di
tingkat SMP tidak cukup hanya menilai output belajar siswa semata, namun perlu
menilai proses implementasi program dalam kelas, yang dalam penelitian ini
disebut dengan kualitas pembelajaran. Hal ini perlu dilakukan karena
bagaimanapun juga dalam setiap program kegiatan, output program selalu
dipengaruhi oleh proses kegiatan itu sendiri, begitu juga dalam program
pembelajaran. Penilaian terhadap output pembelajaran IPS tidak hanya aspek
kecakapan akademik saja tetapi juga menjangkau penilaian terhadap kecakapan
personal dan kecakapan sosial siswa.
Hakikat proses pembelajaran adalah merupakan interaksi
antara guru dengan siswa yang terjadi dalam konteks ruang kelas tertentu dengan
dukungan fasilitas pembelajaran tertentu. Kinerja guru yang baik akan mempunyai
pengaruh terhadap : iklim kelas, sikap dan motivasi belajar siswa serta hasil
belajar siswa. Iklim kelas yang baik akn mempunyai pengaruh terhadap sikap dan
motivasi belajar serta hasil belajar siswa. Sikap positif siswa mempunyai
pengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar siswa, sedangkan motivasi
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan belajar IPS siswa.
C.
Karakteristik Model Ekop
Model EKOP memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.
Model ini digunkan untuk mengevaluasi program pembelajaran.
2.
Pengumuman model ini tidak tergantung pada setting maupun konteks kurikulum
formal yang berlaku, dengan kata lain dapat diterapkan pada pembelajaran
berbasis kompetensi, berbasis masyarakat maupun lainnya.
3.
Penggunaan model ini tidak tergantung pada pendekatan pengajaran tertentu
yang dilaksanakan oleh guru.
4.
Model ini mengevaluasi program pembelajaran secara lebih komprehensif
(mengevaluasi proses sekaligus output pembelajaran).
5.
Model ini dapat digunakan sebagai evaluasi diagnostik (diagnostic
evaluation) untuk menemukan dan memetakan berbagai aspek dalam pembelajaran IPS
(proses maupun output) yang perlu diperbaiki.
6.
Model ini dapat dimodifikasi untuk kepentingan di tingkat SLTP dan SLTA.
7.
Model ini bersifat terbuka untuk dikembangkan lebih lanjut.
D.
Komponen-Komponen Model Ekop
Komponen dalam Model Ekop ada dua, yaitu kualitas
pembelajaran dan output pembelajaran. Aspek kualitas pembelajaran meliputi
E. Kelebihan dan Keterbatasan Model EKOP
Di bandingkan dengan model evaluasi
program pelabelajan yang salama ini dipakai disekolha, model EKOP memiliki Kelebihan
sebagai berikut :
a)
Lebih
komprehensif
b)
Relatif
sederhana
c)
Tidak
begitu kompleks
d)
Tidak
terikat pada materi tertentu
e)
Efektif
f)
Sejalan
dengan KTSP
Evaluasi model EKOP selain memiliki
beberapa kelebihan juga memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut :
a)
Hanya
melibatkan penilai intern
b)
Instrumen
pada aspek kecakapan personal masih terbatas
c)
Instrumen
pada aspek kecakapan sosial juga masih terbatas
BAB VIII
PERANGKAT EVALUASI
MODEL EKOP
A.
Instrumen
kualitas pembelajaran
Instrument
kualitas pembelajaran IPS dibedakan menjadi lima komponen, yaitu : kinerja guru
dalam kelas, fasilitas pembelajaran IPS, iklim kelas, sikap siswa dan motivasi
belajar siswa. Kinerja guru dibedakan menjadi 5 sub komponen, yaitu :
penguasaan konsep/materi IPS, pemahaman karakteristik siswa, penguasaan
pengelolaan pembelajaran, penguasaan strategi pembelajaran dan penguasaan
penilaian hasil belajar. Fasilitas pembelajaran dibedakan menjadi empat
sub-komponen, yaitu : kondisi ruang pembelajaran, kelengkapan media
pembelajaran IPS, kondisi media pembelajaran IPS, dan kelengkapan buku maupun
sumber pelajaran IPS. Iklim kelas dapat dibedakan menjadi 4 sub-komponen, yaitu
: kekompakan siswa dalam kelas, keterlibatan siswa dalam pembelajaran IPS,
kepuasan siswa mengikuti pelajaran IPS. Sikap siswa terhadap pelajaran IPS
dapat dibedakan menjadi tiga sub komponen, yaitu : pemahaman manfaat
pelajaran IPS (kognisi), rasa senang
terhadap pelajaran IPS (afeksi) dan kecendrungan bertindak (konasi) dalam
pembelajaran IPS. Motivasi belajar dapat dibedakan menjadi 5 sub komponen,
yaitu : orientasi pada keberhasilan, antisipasi kegagalan, onovasi, dan
tanggung jawab.
Instrumen
penilaian kualitas pembelajaran IPS berdasarkan respondennya dibedakan menjadi
dua, yaitu instrumen dengan
responden siswa dan guru IPS. Instrumen dengan responden
siswa mencakup penilaian terhadap kelima komponen kualitas pembelajaran, yaitu
: kinerja guru dalam kelas, fasilitas
pembelajaran, iklim kelas, sikap dan motivasi belajar siswa. Instrumen dengan
responden guru IPS mencakup penilaian terhadap dua komponen kualitas
pembelajaran, yaitu kinerja guru dan fasilitas pembelajaran IPS.
BAB VIII
PERANGKAT EVALUASI
MODEL EKOP
A.
Istrumen
Kualitas Pembelajaran
Instrumen
kualitas pembelajaran IPS dibedakan menajdi lima komponen, yaitu : kinerja guru
dalam kelas, fasilitas pembelajaran IPS, iklim IPS, sikap siswa dan motivasi
belajar siswa.
B.
Instrumen
Output Pembelajaran
Instrumen
output pembelajaran IPS dibedakan menjadi tiga, yaitu kecakapan akademik,
kecakapan personal, dan kecakapan sosial. Penilaian kecakapan akademik
menggunakan hasil ujian akhir semester yang diselenggarakan bersama atas
koordinasi dinas pendidikan kabupaten / kota setempat.
C.
Panduan
Evaluasi Program Pembelajaran IPS
Untuk
mempermudah mengunakan evaluasi program pembelajaran IPS di SMP dengan
mengunakan model EKOP berikut ini di sajikan panduan evaluasi program
pembelajaran model EKOP sebagai berikut :
1.
Petunjuk
Umum
a.
Model
digunakan untuk mengevaluasi program pembelajaran
b.
Penggunaan
model ini tidak tergantung pada konteks kurikulum formal yang berlaku
c.
Penggunaan
model ini tidak tergantung pada pendekatan maupunstrategi pengajaran yang
digunakan oleh guru
d.
Model
ini dapat digunakan untuk evaluasi formatif maupun sumatif
e.
Pelaksanaan
evaluasi dapat digunakan oleh guru maupun kepalan sekolah
f.
Dapat
digunakan mengevaluasi pengajaran yang berbentuk team
2.
Langkah-langkah
evaluasi
a.
Guru
menyusun rencana program pembelajaran secara lenagkap yang akan dilaksanakan
dikelas.
b.
Melaksanakan
program pembelajaran sesuai dengan rancangan
c.
Mempersiapkan
istrumen untuk mengukur kualitas pembelajaran
d.
Membagikan
istruemn kualitas pembelajaran pada semua siswa
e.
Membagikan
istrumen penilaian kinerja guru
f.
Mengadakan
penilaian terhadap Output
g.
Evaluasi
terhadap program yang telah dirancang dan dialaksanakan
h.
Merumuskan
rekomendasi
3.
Rekomendasi
hasil evaluasi
Bertujuan untuk memperbaiki program pembelajaran
yang akan datang. Dan rekomendasi ditujukan kepada :
1.
Rekomendasi
untuk guru
2.
Rekomendasi
untuk sekolah
4.
Waktu
pelaksanaan evaluasi
5.
Skoring
instrumen
BAB IX
CONTOH IMPLEMENTASI
MODEL EKOP
Pada bab ini, pembaca akan disuguhkan sebuah contoh kasus implementasi model
EKOP untuk dapat menghitung rerata skor kualitas pembelajaran, menghitung
rerata skor output pembelajaran, menghitung rerata skor kualitas dan output
pembelajaran, dan dibagian akhir pembaca diharapkan mampu menyusun laporan
evaluasi model EKOP.
KESIMPULAN
Buku adalah sebuah alat
untuk menempuh suatu pengetahuan, dimana buku sangat berharga bagi semua orang,
terutama dilingkup perkuliahan yang selalu digunakan mahasiswa sebagai
referensi atau panduan belajar mereka dalam setiap ilmu. Maka dengan itu,
sebagai seorang mahasiswa diharuskan untuk membaca buku sebanyak-banyaknya
untuk memperluas wawasan berfikir dan sebagai wacana untuk menambah ilmu
pengetahuan. Dalam mempelajari suatu buku ada banyak cara, dan masing-masing
dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada yang mempelajari dengan
membaca, menghafal atau dengan meringkas buku. Akan tetapi menurut pendapat
saya, meringkas adalah hal yang maksimal dikarenakan dengan meringkas, kita
juga sekaligus membaca. Maka dengan diberikan tugas meringkas yang ditugaskan
menambah ilmu pengetahuan saya dan memberikan suatu pengalaman yang sangat berarti
untuk masa depan.
Buku yang saya ringkas
adalah buku yang berjudul “Evaluasi Program Pembelajaran” yang ditulis oleh
Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd dari penerbit pustaka pelajar. Alasan
saya memilih buku tersebut adalah menurut saya buku tersebut sangatlah komplit
dan berbagai referensi dari ahli bidang-bidangnya yang terkumpul dengan buku
yang cukup tebal meliputi suharsimi Arikunto dan lain-lainnya.
Buku tersebut membahas
semua yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran, yang meliputi : konsep dasar
evaluasi, validitas, reliabilitas, validitas, instrumen evaluasi dan lain
sebagainya yang sangat berguna bagi saya pada khususnya dan umumnya pada mahasiswa.
terima kasih ya infonya, sangat membantu
BalasHapus