Ujian rampung sudah, siswa kelas 5 SDN 1 Susukan mengikuti Perkemahan Sabtu Minggu (Persami) yang diadakan oleh pihak sekolah kebetulan agenda kali ini bertepatan dengan Hari Pandu sedunia. “Anak-anak sekalian Alhamdulillah ujian akhir semester telah berlalu kini kalian tinggal menunggu apa yang telah diupayai pada waktu yang lalu yakni nilai bagus” Kumis pak Amin Rosadi nampak naik turun saat memberikan wejangan pada anak didiknya. Memegang mic tanpa kabel dan mengenakan seragam Pramuka, beliau nampak gagah benar berbicara dihadapan murid-murid. Antusias murid SD itu ternyata tinggi juga soal urusan kegiatan berkemah. “Asik akhirnya kita akan pergi berkemah, nanti aku bawa uang yang banyak biar bisa jajan sepuasnya” Ivan nampak tertarik tapi yang ia pikir hanyalah lokasi jajan dan menu yang baru. Lukman yang kebagian tugas menjadi ketua regu Badak berpesan pada Pras untuk mengkoordinir anggota regu mereka “Pras tolong kamu koordinir anggota kita dulu ya, aku harus menemui pak Amin” “Baik tugas segera dilaksanakan” Meski sedikit selenge’an Pras tetap memegang suatu tanggung jawab bila telah diamanatkan pada dirinya.

            Di hari yang telah dijanjikan sebuah truk terparkir di halaman SDN 1. Bagai serangga melihat sorot lampu murid-murid berdesakan mendekat kearah truk itu diparkir. Bahkan ada diantara mereka yang sudah memilih tempat dan tak mau tempat yang sudah dipilihnya itu digunakan oleh murid lain “Tak ada yang boleh menempati bagian pojok kanan bak truk ini” Nampaknya yang teriak-teriak itu adalah Ivan. Tuk itulah  yang akan mengantar mereka ke bukit Jogo Satru. Area Outbond yang luas, kolam renang alami dibawah pohon beringin menjadi daya tarik bagi penikmat indahnya alam.
            Selama perjalanan mereka nampak sangat bersemangat karena bisa melepas penat setelah melewati ujian yang melelahkan. “Nah anak-anak kalian bisa melihat kan bahwa ciptaan Allah itu sungguh mengagumkan” Benar saja kata Pak Amin, sawah yang menghampar terlihat seperti permadani milik raja Turki. “Subhanallah” Gumam para murid. Truk pun berhenti. Jogo Satru memang indah jauh dari segala kebisingan udaranya segar sama sekali belum teracuni oleh cerobong pabrik atau asap kendaraan yang menyesakkan. Suasana di bukit itu jauh berbeda dengan yang biasa ditemui murid-murid itu. Kota yang banyak dipenuhi sampah dan pabrik yang tak terkontrol jumlahnya.
            Bukit Jogo Satru menyajikan birunya langit tanpa terhalangi tingginya gedung perkantoran. Yang ada hanya Siondo sebuah kali kecil dengan air mengalir perlahan yang dihuni banyak jenis ikan kecil macam Kepala Timah, Gabus, Wader Pari dan lain-lain. Ada juga batu besar yang oleh warga sekitar dinamakan Sinongko. Mungkin karena bentuknya mirip buah Nangka hingga akhirnya diberi nama demikian. Batu besar itu merupakan salah satu guguran batu saat terjadi peristiwa meletusnya Gunung Merapi. “Boleh istirahat dulu ya pak?” Tanya lukman pada pak Amin. “Silahkan istirahat, kalian punya waktu 30 menit sebelum harus mendirikan tenda” Jawaban dari pak Amin itu membuat murid lega karena bisa mengamati alam sekitar untuk beberapa saat. Ternyata selain Siondo tempat perkemahan mereka juga dekat dengan Kilukis sebuah kali panjang yang mengitari bukit Jogo Satru hingga mereka tak perlu bingung untuk mencari tempat wudhu. Hari beranjak malam murid-murid pun tertidur lelap setelah mendirikan tenda. Hanya ada beberapa murid yang masih terjaga karena mendapat tugas jaga malam.
            Keesokan harinya pak Amin mengajarkan cara berenang. Semua terlihat senang meski ada sedikit perasaan takut. Tapi ternyata ada satu anak yang malah bersembunyi dan tak mau mengikuti acara renang tersebut. Lagi-lagi Ivan yang males dan sok jago “Ah…nggak penting renang apa sih gunanya” Lukman terus berusaha meyakinkan kalau renang itu mengasikkan dan pasti ada gunanya. “Renang itu enak lho Van bisa mengapung jadinya” Imbuh Pras meyakinkan anggota regunya. “Ya sudah kalo nggak mau…toh ini untuk kepentingannya sendiri kok” Kali ini Lukman sedikit kesal dengan sikap Ivan yang cuek. Pras dan Lukman meninggalkan Ivan seorang diri yang daritadi hanya menjadikan katak sebagai mainannya.
            Tinggal satu hari maka kegiatan perkemahan ini akan berakhir. Sore hari semua murid ditugaskan untuk mengambil kayu yang sudah mati untuk dijadikan bahan api unggun malam nanti. Ivan masih saja bikin ulah. Kali ini dia tak mau membantu temannya malah mengejek teman-temannya “Ayo…ayo yang rajin ya ha ha ha”. Malam hari saat pesta api unggun dilaksanakan dari arah sungai terdengar suara orang minta tolong “Tolong…huff…huff”. Ternyata setelah dicari kearah suara tadi terlihat Ivan sedang mencoba menggapai akar pohon yang ada disamping sungai itu. Tanpa pikir panjang Pras menceburkan dirinya ke sungai itu “”Byur…” . Betapa kaget perasaan Pras setelah tahu bahwa air di sungai itu hanyalah sedalam lutut saja. “Sungai ini kan dangkal Van hanya sebatas lutut airnya, kenapa ketakutan?” Pras menyadarkan temannya yang sedang ketakutan itu. “Aku kan nggak bisa renang jadi panik deh” Ujar Ivan menahan malu. “Makanya kalau diajak berlatih berenang itu mau jangan menolak semua ilmu itu pasti bermanfaat". Ivan baru sadar kalau ternyata ilmu itu tak sebatas yang diajarkan di buku-buku pelajaran saja. Dengan baju masih basah Ivan menuju tenda sambil tertunduk malu akibat kejadian tadi.